Palembang (ANTARA News) - Petenis Indonesia Sunu Wahyu Trijati akhirnya menuntaskan dendam empat tahun lalu dengan mempecundangi petenis Iran Anoosha Shahgholi pada nomor tunggal putra putaran pertama Grup II Zona Asia Oceania Piala Davis di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat.

Petenis berusia 28 tahun ini memetik kemenangan mudah dalam tiga set langsung dengan skor 6-3, 6-1, 6-0 atas petenis yang pernah mengalahkannya pada ajang serupa tahun 2011 di Teheran, Iran.

Kemenangan Sunu ini sekaligus mengikuti jejak rekan satu timnya, Chistopher Rungkat, yang juga berhasil mempecundangi tunggal putra Iran Shahin Khaledan dalam tiga set langsung (6-2,6-1,6-0).

"Saya sempat gugup pada awal babak karena membutuhkan waktu untuk beradaptasi kembali pada pertandingan Piala Davis karena terakhir turun pada 2012 di Jakarta. Saya cari-cari permainan saya, dan akhirnya mulai ketemu pada pertengahan set pertama," ujar Sunu yang diwawancarai seusai pertandingan.

Ia mengatakan penampilan lawan pada pertandingan ini tidak sebaik ketika mengalahkannya dalam lima set pada 2011 karena terlihat kesulitan menemukan irama permainan sendiri.

"Secara keseluruhan, lawan lebih berpengalaman dari saya. Tapi mungkin dipertandingan ini dia tidak menemukan apa yang dicari, berbeda dengan saya," kata dia.

Petarungan sengit Sunu melawan Shahgholi berlangsung sengit pada awal set pertama setelah keduanya berbagi angka pada dua game awal. Sunu menutup game pertama dengan mudah melalui pukulan forehand-nya yang tidak dapat dijangkau lawan.

Kejadian ini kembali pada game kedua, ketika Anoosha Shahgholi juga menyudahi Sunu dengan pukulan forehand yang tak mampu dikembalikan.

Tak puas berbagi angka, Sunu pun merebut game ketiga setelah memenangkan duece yang menutup game dengan permainan reli. Shahgholi sebagai petenis berpengalaman akhirnya tergoyahkan setelah tidak mampu bertahan lebih dari lima kali pukulan. Kedudukan set pertama berubah 2-1 untuk Sunu.

Memasuki game ke-4, Shahgholi berupaya bangkit dengan menempel ketat perolehan angka Sunu. Ia pun mengeluarkan pukulan-pukulan andalannya untuk memaksimalkan lebar lapangan. Sunu sempat melawan hingga sempat terjadi dua kali duece, tapi advantage yang dimilikinya harus berpindah ke lawan setelah pukulan backhand-nya tidak sempurna. Kedudukan berubah 2-2 pada set pertama ini.

Memasuki game ke-5, Sunu mulai menemukan irama permainannya sehingga strategi yang diterapkan lebih variatif. Satu pukulan forehand Sunu berhasil mengelabui lawan yang terpancing mendekati net. Game ke-5 ini akhirnya menjadi milik petenis berusia 28 tahun ini setelah mengubah menjadi 3-2.

Pada game berikutnya, Anoosha Shahgholi semakin terjebak dengan tekanan Sunu sehingga gagal membalikkan keadaan. Berulang kali, pemain berusia 34 tahun ini melakukan kesalahan sendiri karena tidak mampu mengimbangi kecepatan irama permaian Sunu.

Akurasi pukulan backhand-nya terlihat jauh lebih menurun dibandingkan game di awal set pertama. Sehingga set pertama ini menjadi milik Sunu yang ditutup dengan skor 6-3.

Tak berbeda jauh, tren menurun permainan Anoosha Shahgholi ini terus berlanjut pada set kedua dan ketiga. Meski, Sunu sempat kehilangan konsentrasi dengan gagal servis pada set ketiga tapi kesempatan ini tidak dapat dimanfaatkan lawan.

Pada akhirnya, lawan harus mengakui keunggulan Sunu dalam permainan selama dua jam itu dengan skor 6-1 pada set pertama dan skor 6-0 pada set ketiga.

Sementara Pelatih Indonesia Roy Therik mengatakan kemenangan Sunu ini bisa dikatakan sebagai kejutan karena sempat meragukan penampilan pemain yang saat ini terlempar dari peringkat dunia.

Petenis Iran Anoosha Shahgholi ini tidak dapat dipandang sebelah mata, meski berperingkat 1.799 dunia tapi memiliki riwayat menang atas Sunu.

"Pasca tidak memperkuat Timnas sejak 2012 dan memilih mengurus keluarga karena menikah, sempat terbersit keraguan. Tapi, saya melihat ada yang lain dari Sunu, kehadirannya dalam tim nasional adalah sebuah bukti keseriusan dan komitmen yang tinggi jadi tidak salah jika saya memilih dia," kata Roy.

Anoosha Shahgholi tidak dapat menutupi kekecewaaan atas kegagalan mengubah keadaan dalam tim yang telah tertinggal pada nomor tunggal pertama.

"Harus diakui, Sunu lebih baik bermain dibanding saya. Saya merasa kesulitan untuk keluar dari tekanan apalagi cuaca demikian panas," kata dia.

Pertandingan hari kedua Piala Davis akan dilanjutkan besok, Sabtu (7/3) untuk nomor ganda putra yang mempertemukan pasangan Christopher dan David Agung Susanto (1682 ATP) dengan pasangan Iran, Mandachi dan Anoosha Shahgholi.

Pada ajang Piala Davis tahun ini, Tim Indonesia yang diperkuat Chistopher Rungkat (25), Sunu Wahyu Trijati (28), David Agung Susanto (24), dan Aditya Harry Sasongko (27) ini ditargetkan menembus putaran final grup II zona Asia Oceania.

Prestasi terbaik Indonesia pada ajang Piala Davis terukir pada 1982 dan 1988 ketika mampu menembus putaran grup dunia dengan menjadi wakil zona Asia Oceania.

Sedangkan pada 2014, Tim Davis Indonesia gagal melaju ke putaran kedua setelah takluk dari Tim Kuwait dengan skor 3-2 atau sebatas memenangkan pertandingan melawan Hong Kong pada babak play offs dengan skor 3-1.

Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015