Jakarta (ANTARA News) - Tokoh Agama Katolik Pastor Siswantoko meminta Kejaksaan Agung memberikan surat izin pendampingan rohani pada Imam Katolik untuk mendampingi terpidana mati beragama Katolik hingga saat eksekusi dilakukan.

"Untuk eksekusi kali ini kami minta Kejaksaan Agung memberikan izin untuk Romo Carolus yang biasa mendampingi terpidana beragama Katolik hingga eksekusi. Jangan sampai seperti eksekusi kemarin Marco Arcer Cardoso yang tidak didampingi saat eksekusi," kata Pastor Siswantoko atau yang akrab dipanggil Romo Koko di Jakarta, Jumat.

Romo Koko berpendapat kegagalan negara dalam menghadirkan pendamping rohani bagi terpidana mati hingga eksekusi merupakan tindakan penyiksaan batin bagi terpidana, karena harus mengalami kegelisahan sendiri.

"Saat negara gagal menghadirkan pendamping rohani, terpidana harus mengalami kegelisahan sendiri sehingga menimbulkan penderitaan luar biasa. Pendamping rohani ini penting untuk menenangkan jiwa," ujar dia.

Untuk menghindari penderitaan yang sama, kata dia, pendamping rohani berupa Imam Katolik harus dihadirkan untuk terpidana mati asal Brazil Rodrigo Gularte yang akan dieksekusi bulan ini.

Pada eksekusi gelombang pertama yang dilakukan pada 18 Januari 2015, Kejaksaan Agung hanya menunjuk tiga pendamping rohani untuk terpidana beragama Islam, Budha dan Kristen.

Sementara dalam Agama Katolik, kata dia, penganutnya harus menjalani Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Minyak suci dan Sakramen Viaticom sebelum dieksekusi dan yang bisa menjalankan ketiga sakramen tersebut adalah Imam Katolik yang sudah ditasbihkan secara sah oleh Gereja Katolik.

Sebelumnya Wakil Duta Besar Brazil untuk Indonesia Leonardo Monteiro menyampaikan kekecewaan karena Marco Arcer Cardoso tidak mendapatkan pendampingan dari seorang Imam Katolik pada sebelum dan saat eksekusi.

Sementara untuk memastikan pendampingan bagi terpidana mati beragama Katolik, Romo Carolus yang merupakan Pastur Paroki St. Stephanus di Cilacap, Jawa Tengah, telah melayangkan surat ke kejaksaan tentang penunjukan dirinya untuk mendampingi narapidana beragama Katolik yang akan dieksekusi bulan ini.

Romo Carolus akan mendampingi terpidana mati Rodrigo Gularte dan bersama pendeta dari Australia akan bersama melakukan pendampingan hingga saat eksekusi pada terpidana asal Australia.

Romo mengaku bisa memahami kemarahan pemerintah Brasil yang warga negaranya sekitar 65 persen beragama Katolik, ia juga menduga tidak adanya pendamping rohani pada Marco Arcer Cardoso sebagai penyebab memburuknya hubungan Indonesia-Brasil.

(D020/C004)

Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015