akun-akun pendukung ISIS ini rata-rata memiliki 1.000 follower, atau lebih tinggi dari kebanyakan pengguna Twitter"
Washington (ANTARA News) - Paling sedikit 46.000 akun Twitter dinyatakan terkait dengan para pendukung ISIS pada akhir 2014. Ini adalah temuan sebuah lembaga riset yang dilaporkan di Washington hari ini, lapor AFP.

Hasil penelitian yang dirilis Kamis waktu setempat oleh Brookings Institution ini mendapati fakta bahwa sekalipun banyak akun diblokir oleh Twitter namum jumlah akun pro-ISIS tetap tinggi.

"Dari September sampai Desember 2014, para peneliti memperkirakan bahwa paling sedikit 46.000 akun Twitter telah digunakan para pendukung ISIS, walaupun tidak semua akun-akun itu aktif pada waktu bersamaan," bunyi laporan itu.

Dua peneliti, JM Berger dan Jonathon Morgan, mengatakan analisis terhadap upaya ISIS diketahui bahwa ISIS jauh bergerak dari inti kepemimpinannya.

"Analisis-analisis sebelumnya terhadap capaian Twitter ISIS menggantungkan diri pada segmen-segmen terbatas dari seluruh jejaring sosial ISIS," tulis mereka dalam laporan yang ditugaskan oleh Google Ideas itu.

"Bentuk seluler nan kecil dari jejaring itu --dan fokus pada subset-subset tertentu di dalam jejaring semacam pejuang asing-- mungkin saja menciptakan kesimpulan yang salah."

Dengan menganalisis lokasi yang melekat pada cuitan-cuitan, para peneliti mendapati fakta bahwa sejumlah besar pendukung ISIS berada di Arab Saudi, diikuti Suriah, Irak dan Amerika Serikat.

Hampir satu dari lima pendukung ISIS telah mencuit dalam Bahasa Inggris, dengan tiga perempatnya mencuit dalam Bahasa Arab.

Para analis menyebutkan, akun-akun pendukung ISIS ini rata-rata memiliki 1.000 follower, atau lebih tinggi dari kebanyakan pengguna Twitter. Akun-akun yang paling sering mencuit dan paling banyak memiliki follower kebanyakan telah diblokir.

Para peneliti mengatakan perusahaan-perusahaan media sosial dan pemerintah AS mesti bekerja sama dalam menyarankan tanggapan sepantasnya terhadap ekstremisme di media sosial.

Mereka menegaskan bahwa kendati diskusi mengenai isu ini kerap mengkerangkakan intervensi pemerintah sebagai hambatan terhadap kebebasan berbicara, kenyataannya, perusahaan-perusahaan media sosial belakangan mengatur pembicaraan dalam platform mereka tanpa mengawasi dan mengungkapkan bagaimana pemblokiran diterapkan.

Twitter berkata pekan ini bahwa mereka tengah bekerja sama dengan penegak hukum pada bidang ancaman tak terpeakan, di tengah laporan bahwa jejaring sosial ini menjadi sasaran teror ISIS.

Sebuah halaman dalam buletin online Pastebin memperlihatkan foto penemu Twitter Jack Dorsey dengan ditulisi sebuah pesan dalam Bahasa Arab.

SITE Intelligence, kelompok pemonitor ISIS asal AS, mengatakan posting Jack Dorsey itu dibuat oleh Al-Nusra Al-Maqdisiya, sayap media ISIS.

Terjemahan dari pesan itu adalah bahwa Dorsey dan Twitter kini menjadi target ISIS karena telah memblokir akun-akun tertentu yang berkaitan dengan ISIS.

"Kamu memulai perang gagal ini, dan kami sudah bilang pada kamu sejak awal bahwa ini bukan perangmu! Tapi kamu tidak paham. Kamu matikan akun-akun kami dan kami dengan cepat kembali, tapi manakala singa-singa penyendiri kami menghentikan nafas kamu maka tidak akan ada lagi kata kembali!" tulis pesan itu seperti dikutip AFP.







Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015