Budaya masyarakat Indonesia tidak mengenal istilah kekerasan untuk mencapai tujuan
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Menteri Agama RI, Prof. Nasaruddin Umar menilai, ajaran Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kurang mendapat simpati dari masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia, cenderung menjadikan ISIS sebagai musuh bersama.

"Indonesia menjadikan ISIS sebagai musuh bersama. Ulama, pemerintah dan masyarakat (Indonesia) memusuhi ISIS. ISIS itu sesat," ujar Nasaruddin kepada ANTARA News, di sela penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) 2015, di Jakarta, Minggu.

Nasaruddin mengatakan, ajaran ISIS mengajarkan kekerasan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa ISIS kurang mendapatkan simpati masyarakat Indonesia.

"Budaya masyarakat Indonesia tidak mengenal istilah kekerasan untuk mencapai tujuan. Ajaran Islam sendiri masuk ke Indonesia melalui jalan damai, sehingga bila ada ajaran yang menggunakan kekerasan maka (ajaran) itu cenderung tak diterima masyarakat kita," kata dia.

Di samping itu, lanjut Nasaruddin, saat ini masyarakat mulai melihat ISIS pada titik yang memuakkan. "Mereka menyaksikan berbagai tindakan kekerasan seperti pembakaran, pembunuhan secara keji yang dilakukan pihak ISIS pada orang-orang," kata Nasaruddin.

Kendati begitu, Nasaruddin tak menampik sejumlah orang di Indonesia telah bergabung menjadi pengikut ISIS. Namun, kata dia, jumlah ini tak sebanyak di negara lain. "Indonesia itu jumlah umat Islamnya paling besar (di dunia) tetapi paling sedikit jumlah (pengikut) ISIS-nya. Jumlah pengikut ISIS di Australia misalnya mencapai 500 orang. Tetapi di sini (Indonesia) sekitar 200 orang," pungkas dia.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015