Beijing (ANTARA News) - Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk memantapkan perdagangan sarang burung walet setelah kegiatan ekspor-impor komoditas tersebut dibuka kembali pada 29 Januari 2015 menandai 65 tahun hubungan kedua negara.

"Ekspor perdana sarang burug walet ke Indonesia dilakukan pada 29 Januari 2015 ke Beijing, Shenzhen dan Guangzhuo. Ini merupakan hal yang penting dan menggembirakan setelah proses panjang selama lima tahun," kata Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo di Beijing, Kamis.

Ia menambahkan realisasi ekspor sarang walet ke Tiongkok pada awal 2015 menandai pula momentum 65 tahun hubungan baik antara Indonesia dan Tiongkok, yang akan diperingati pada 13 April mendatang.

Realisasi ekspor sarang burung walet tersebut juga memiliki makna penting bagi hubungan serta kerja sama ekonomi kedua negara. "Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia adalah produsen terbesar sarang walet dan Tiongkok adalah importir terbesar komoditi tersebut. Karena itu pemberian ijin ekspor sarang walet memberikan keuntungan bag kedua negara," kata Soegeng.

Indonesia, lanjut dia, mampu menghasilkan produk yang berkualitas sesuai standar keamanan pangan, sehingga aman untuk dikonsumsi, kata Dubes Soegeng.

Sementara itu Dirjen Kantor Administrasi Sertifikasi dan Akreditasi Tiongkok (CNCA) Gu Shaoping mengatakan Indonesia merupakan produsen terbesar sarang walet untuk pasar Tiongkok selain Malaysia dan beberapa negara lain di ASEAN.

"Tetapi karena sesuatu hal maka pada Agustus 2011 CNCA menutup sementara pembelian sarang walet dari Indonesia, namun akhirnya setelah melalui proses panjang, akhirnya kedua pihak sepakat untuk membuka kembali perdagangan langsung sarang walet antara Indonesia dan Tiongkok," tuturnya.

Kini, telah ada enam perusahaan Indonesia yang diberikan ijin oleh CNCA untuk melakukan ekspor sarang walet ke Tiongkok, kata Gu Shaoping menambahkan.

Indonesia sebagai produsen harus mampu menjaga kepercayaan pasar Tiongkok terhadap standar keamanan pangan atas produk sarang walet yang dihasilkan.

"Tiongkok, juga akan meningkatkan supervisi agar perdagangan sarang walet terus berkembang secara sehat, sekaligus mempromosikannya kepada masyarakat bahwa produk sarang walet Indonesia aman dikonsumsi. Konsumen juga memiliki peran

melalui laporannya jika ada produk yang tidak sesuai standar keamanan pangan, atau ditemukan produk tersebut palsu," tuturnya.

Jadi, produsen di Indonesia , pengawas dan konsumen di Tiongkok memiliki tanggung jawab bersama agar perdagangan sarang walet tersebut lancar dan semakin meningkat di masa datang.

Ketua Bidang Perdagangan Asosiasi Peternak dan Pedagang Sarang Walet Indonesia Boedhi Mranata mengatakan pihaknya menjamin produk yang dihasilkan telah melalui rangkaian uji standar keamanan pangan yang ditetapkan Tiongkok.

"Di Indonesia ada ratusan prosesor, namun hanya delapan yang dinyatakan sesuai standar keamanan pangan Tiongkok, meski kemudian hanya enam perusahaan yang dinyatakan layak untuk mendapat ijin ekspor sarang walet ke Tiongkok. Ini membuktikan bahwa Indonesia juga sangat selektif, dan komitmen untuk menghasilkan produk berkualitas," katanya.

Ekspor perdana tersebut diyakini akan menjadi momentum peternak dan pengusaha sarang burung walet untuk meningkatkan produksi. Tahun ini, APPSW menargetkan produksi sarang burung walet mencapai 800 ton.

Pewarta: Rini Utami
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015