Kupang (ANTARA News) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Stef Bria Seran, mengatakan kemitraan Indonesia-Australia melalui program "Australia Indonesia Partnership for Maternal And Neonatal Healt" (AIPMNH) atau program kesehatan ibu dan bayi baru lahir berdampak positif.

"Dampak dari kemitraan yang dibangun sejak 2008 itu di bidang kesehatan terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) lebih nampak dirasakan jutaan ibu dan bayi di 14 kabupaten di NTT yang mejadi sasaran dari program AIPMNH," katanya pada Workshop Penguatan Jurnalis Kupang untuk advokasi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Kupang, Kamis.

Ia menyebut fakta dari dari dampak kemitraan kedua negara tetangga itu pada tingkat kematian ibu di NTT yang sebelumnya adanya program kemitraan itu (2008) tergolong tinggi di Indonesia yaitu mencapai 330 orang hingga menjelang berakhirnya program tersebut pada Juli 2015, turun menjadi 159 orang per setiap 1.000 kelahiran.

"Ini perlu diapresiasi, karena berkat kebijakan dari Negara Kanguru itu yang telah memberi anggaran untuk terselenggaranya program penguatan, pemberdayaan serta penyelamatan melalui tim dan tenaga teknis dilapangan dalam rangka implementasi rencana dan program kerja yang telah disepakati dan ditetapkan bersama," katanya.

Meskipun juga harus diakui bahwa dibalik kesuksesan bersama mitra kerja Dinas Kesehatan setempat menurunkan angka kematian ibu, karena tingkat kesadaran para ibu hamil untuk melahirkan pada fasilitas kesehatan yang telah tersedian itu mencapai 87 persen, juga masih menyisakan persoalan tingkat kematian bayi yang belum menggembirkan di NTT.

Hal ini (tingkat kematian bayi) dibenarkan oleh Manager Transisi AIPMNH NTT Dr Henyo Kerong dan Staf program John Th Ire bahwa tingkat kematian bayi di NTT dalam lima tahun terakhir belum menggembirakan (angkanya fluktuatif--naik turun) dari tahun ke tahun.

"Tingkat kematiannya masih kematian bayi di NTT mencapai 1.274, namun pada 2009 turun menjadi 1.215 orang. Tahun 2010 naik lagi menjadi 1.305 orang, namun pada 2011 turun menjadi 1.272 orang bayi," katanya.

Berikut mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka--Flores Tengah itu menagatakan pada 2012, kasus kematian bayi meningkat menjadi 1.350 orang, namun pada 2013 turun lagi menjadi 1.286 orang, dan pada tahun 2014 turun lagi menjadi 1.282 orang per 1.000 kelahiran yang hidup.

"Ini (tingkat kematian bayi) di NTT memang masih fluktuatif, bahkan tergolong tinggi jika dikaitkan dengan standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yang hanya boleh mencapai 230 orang per 1.000 kelahiran yang hidup," katanya.

Namun menurut dia, sukses menurunkan tingkat kematian ibu pada saat melahirkan tidak lantas membuat sekitar 5,1 juta penduduk di NTT cepat puas atau belum menggembirakannya tingkat kematian bayi di NTT dalam kurun waktu tertentu itu membuat putus asa dan tidak lagi berjuang melawan dan menghapus stigma itu.

Ia yakin kompilasi cerita sukses yang telah dirangkum lembaga swadaya masyarakat internasional yang telah peduli akan kesehatan bagi masyarakat daerah pedalaman akan menjadi motivasi dan dan dorongan untuk melanjutkan perjuangan yang akan segera ditinggalkan dan berganti program dengan nama baru, tetapi masih dalam konteks kesehatan.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015