Jakarta (ANTARA News) - Masa orientasi siswa (MOS) dapat membuka kesempatan terjadinya kekerasan di sekolah bila keterlibatan guru ditiadakan, kata pendiri Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) Diena Haryana.

"MOS yang baik adalah tidak memberikan seluruh otoritas kepada senior untuk bertanggungjawab atas kegiatan itu," ujar Diena usai diskusi publik Stop Kekerasan dan Ciptakan Sekolah Ramah Anak di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, Sabtu.

MOS kerap menjadi ajang "balas dendam" dari senior kepada junior yang berujung pada kekerasan di sekolah, baik itu dari segi mental maupun fisik.

Menurut Diena, ajang MOS harus melibatkan guru dan pihak sekolah.

Mereka bertugas membuat penyambutan untuk murid baru sehingga mereka merasa diterima dengan baik di lingkungan sekolah.

MOS idealnya berfungsi membuat anak mengenal lebih dekat sekolah baru, bukan membuat anak dirundung stres karena dikerjai senior.

Permainan-permainan menyenangkan yang merangsang kemampuan anak untuk bekerjasama dengan teman-temannya juga diperlukan dalam kegiatan orientasi siswa baru.

"Anak harus merasa mereka adalah anggota baru yang diterima," ujar dia.



Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015