Seniman sekarang sudah harus turun langsung melihat situasi politik yang seperti ini"
Jakarta (ANTARA News) - Pelukis dan budayawan Indonesia R. Soehardi atau lebih dikenal Hardi, mengekspresikan kegelisahannya terhadap situasi politik Indonesia saat ini lewat lukisan-lukisan kritis pada hari bebas kendaraan bermotor, di Jakarta, Minggu.

Dalam gambar yang digantung Hadi di lehernya, terlukis seseorang lengkap dengan jas dan dasi namun berkepala babi yang tengah menggenggam kantong bertuliskan Rp10 triliun 10 partai politik yang menggambarkan wacana pemberian dana Rp1 triliun kepada partai politik setiap tahun dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

"Seniman sekarang sudah harus turun langsung melihat situasi politik yang seperti ini," kata pelukis ekspresionis itu.

Dengan situasi politik dan pemberantasan korupsi yang saat ini kisruh di Indonesia, lanjut Hardi, seniman sudah saatnya mengkritisinya lewat karya-karya mereka bersama dengan masyarakat.

"Selama ini seniman mungkin sudah bersuara di komunitas kesenian saja dan yang nonton hanya di kalangannya. Sekarang saatnya galeri seni dan galeri foto harus turun ke jalan," ujar Hardi. "Seniman jangan di menara gading, saatnya seniman turun."

Hardi berjanji menggelar aksinya setiap minggu dengan tema berbeda sesuai isu yang tengah ramai dalam masyarakat. Pekan lalu misalnya, Hadi melukis pesan dukungannya kepada Gubernur Basuki Tjahja Purnama yang tengah berseteru dengan DPRD dalam soal anggaran APDB DKI Jakarta.

Ia berharap akan semakin banyak seniman yang mau turun ke jalan.

"Kami akan update isu seminggu sekali. Ini hal baru, kalau orang biasanya demo hanya bicara tetapi sekarang protes demo dengan gambar dan tulisan. Ini memperkaya suasana demo dengan gambar karena gambar lebih berbicara," jelas Hardi yang kerap mengekspos masalah sosial dan menjadi pencetus gerakan seni rupa baru itu.

Jibril Fitra Airlangga, mahasiswa Universitas Indonesia, yang ikut serta dalam aksi mengatakan mahasiswa juga harus bergerak.

"Harapannya dengan aksi ini rakyat terbuka dan tergerak karena tidak banyak orang nonton berita dan tidak tahu isu-isu yang sedang terjadi. Satu gambar melukiskan seribu kata," kata Jibril.

"Rakyat perlu tahu bahwa di Indonesia ada pemimpin semena-mena menggunakan kekuasaannya. Padahal masih banyak daerah yang belum sejahtera, tetapi ini malah mau bagi-bagi uang untuk parpol. Kalau begitu bisa saja kita buat parpol asal-asalan agar dapat Rp1 triliun. Uang Rp1 triliun itu tidak main-main," kata anak muda ini.



Pewarta: Monalisa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015