Jakarta (ANTARA News) - Haryanto Taslam kerap disandingkan dengan Tim Mawar yang pernah menculik dan kemudian melepaskannya pada 1998.

Dia diculik bersama sejumlah aktivis lain seperti Desmond Junaidi Mahesa, Pius Lustrilanang, Faisol Reza, Rahardjo Walujo Djati, Nezar Patria, Aan Rusdianto, Mugianto, Andi Arief. Namun semua kemudian dibebaskan lagi.

Tim Mawar adalah tim kecil bentukkan Grup IV Komando Pasukan Khusus, TNI Angkatan Darat, yang waktu itu dikomandani Prabowo Subianto.

Haryanto Taslam diculik karena kesetiaannya pada Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pro Megawati. Saat itu, PDI terpecah menjadi dua yakni kubu Suryadi dan Megawati. PDI kubu Megawati dianggap berseberangan dengan pemerintah Orde Baru.

Haryanto menjabat Wasekjen DPP PDI pro Megawati versi Munas 1993. Pascareformasi, ia pernah menjadi anggota DPR dari Fraksi PDI.

Pada 2009, dia melompat ke partai yang didirikan mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto.

Kepindahannya ke Gerindra, sangat mengejutkan publik, karena sebelumnya ia pernah diculik oleh anak buah Prabowo. Di partai ini dia menjadat Direktur Media Center. Selanjutnya, sejak 2012, Haryanto menjadi Dewan Pembina Partai Gerindra.

Dia menyeberang ke Gerindra karena menganggap PDIP sudah dikuasi kelompok "kost-kostan". Ia mengibaratkan PDIP rumah yang telah dibeli oleh pendatang baru. Ia kecewa karena dia sangat mencintai organisasi.

Rekannya semasa di PDIP, Pramono Anung, menyebut Haryanto orang yang sangat mencintai organisasinya.

"Haryanto berani mengambil sikap yang berseberangan dengan pemerintah. Konsistensi sikap itulah yang membuat Haryanto bahkan sempat diculik," kata Pramono.

Sakit

Anak Haryanto Taslam, Barep Taslam, mengatakan ayahnya terkena virus "Myasthenia Gravis" sejak 2008. Tapi baru terdeteksi pada Januari 2015. Ini adalah penyakit autoimun yang menyebabkan persambungan otot dan saraf berfungsi secara tidak normal.

"Kondisi bapak semakin menurun setelah tersedak makanan cair. Otot jantung bapak lemah. Sehingga asupan oksigen berkurang ke otak,"jelas Barep.

Kondisi Haryanto semakin memburuk sejak dirawat di rumah sakit. Tokoh ini menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 61 tahun di Jakarta, Sabtu malam lalu pukul 20.55 WIB.

Sebelum meninggal dunia, dia bepesan kepada anaknya Ragil Parikesit untuk meneruskan perjuangannya.

"Bapak berpesan, anak-anaknya mandiri, sukses, bisa melanjutkan perjuangan beliau. Enggak harus terjun ke politik, berbakti kepada tanah air," kata Ragil.

Rekan mendiang, sesama aktivis 1998, Faisol Reza mengungkapkan pesan terakhir mendiang kepadanya. Sebulan lalu, Haryanto meminta Faisol menyampaikan semacam wasiat menyangkut nasib para keluarga korban penculikan semasa rezim Orde Baru.

"Aku ini masih punya beban terhadap para keluarga korban penculikan, terutama pada keluarga Herman Hendrawan. Aku minta Prabowo (Subianto) membantu keluarga-keluarga korban penculikan," kata Faisol menirukan Haryanto.

Haryanto yakin jika Prabowo mau membantunya maka bebannya pun berkurang. Dia mengetahui betul, keluarga korban penculikan umumnya hidup dalam kekurangan.

Belum ada komentar dari Prabowo, namun sang Ketua Umum Partai Gerindra ini menyebut Haryanto sahabatnya.  Di mata Prabowo yang dulu berseberangan namun kini bersatu kubu itu, Haryanto adalah seoragn idealis.

"Beliau seorang nasionalis, patriot, pejuang untuk rakyat," kenang Prabowo.

Sayang, baik Prabowo maupun Megawati tidak menghadiri pemakaman Haryanto.

Sang pendorong perubahan, begitu dia disebut oleh Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kadir Karding, itu kini terbaring kaku di tempat peristirahatan terakhirnya di di TPU Menteng Pulo.



Oleh Indriani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015