Madrid (ANTARA News) - Wartawan AS yang dibunuh militan ISIS, James Foley, sebenarnya bisa saja mempertahankan hidupnya andai dia tega meninggalkan temannya, kata mantan sesama tahanan ISIS seperti dikutip AFP.

Dalam kesaksian bersambung mengenai pengalamannya disandera ISIS pada 2013-2014, wartawan Spanyol Javier Espinosa mengungkapkan bahwa Foley sudah dua kali berusaha kabur bersama rekannya, fotografer Inggris John Cantlie.

Militan ISIS memenggal James Foley pada Agustus 2014, lima bulan setelah Espinosa dan rekannya sesama Spanyol, fotografer Ricardo Garcia Vilanova, dibebaskan.

Kedua orang Spanyol ini ditahan bersama dengan 21 orang lainnya termasuk Foley dan Cantlie di sebuah kompleks industri di utara Aleppo.

"Foley dan Cantlie dua kali berusaha kabur. Yang pertama gagal bahkan sebelum mulai," tulis Espinosa dalam surat kabar El Mundo.

'Yang kedua kalinya, wartawan AS itu menunjukkan rasa kemanusiaan yang luar biasa," kata Espinosa.

"Setelah berhasil kabur dari ruangan di mana kami ditahan, sembari memegang selimut, dia menunggu Cantlie," yang kepergok dan ditangkap lagi oleh seorang penjaga.

"Foley bisa saja kabur sendirian namun dia malah menyerahkan diri lagi. 'Saya tak bisa meninggalkan John begitu saja'," kenang Espinosa mengutip kata-kata Foley.

Dalam seri pertama tulisannya yang dipublikasikan Minggu di El Mundo, Espinosa mengatakan para ekstremis ISIS mengejek para sandera Barat dengan memperlihatkan eksekusi-eksekusi yang telah mereka lakukan.

Para militan ini berusaha menjadikan penjaranya sebagai tandingan penjara Teluk Guantanamo milik AS.

Dipaksa nyanyikan "Hotel California"

Espinosa mengungkapkan sandera-sandera lainnya disiksa dan berulang kali diolok-olok oleh trio penjaga penjara yang dijuluki "The Beatles."

Cantlie dan Foley tentu saja disiksa lebih brutal lagi karena berusaha melarikan diri, kata Espinosa.

Espinosa dan Garcia ditangkap di Suriah pada September 2013 dan dikumpulkan dengan Foley dan sandera-sandera lainnya di sebuah bangunan di Aleppo tahun itu juga.

Di antara yang ditahan di sana adalah sandera AS lainnya, Peter Kassig. ISIS membunuhnya pada November 2014.

Espinosa mengaku sudah menunggu hampir setahun setelah dia dibebaskan untuk mengungkapkan kisah penyanderaannya. Ini karena ISIS mengancam mereka yang sudah dibebaskan bahwa ISIS akan mengeksekusi sandera-sandera yang waktu itu belum dibebaskan, jika Espinosa berani membeberkan pengalamannya tersebut.

Kini Espinosa berpikiran sekarang adalah waktunya bercerita karena 15 dari kelompok sandera berjumlah 23 orang itu telah dibebaskan, sedangkan enam lainnya telah dieksekusi, dan seorang lainnya, yakni pekerja kemanusiaan asal AS Kayla Mueller, terbunuh saat AS membom posisi ISIS bulan lalu.

Nasib Cantlie tidak pernah diketahui sampai kemudian ISIS menyebarkan video yang memperlihatkan dia masih hidup.

Wartawan Spanyol itu menggambarkan para penyanderanya sebagai psikopat.

Seorang wartawan Spanyol lainnya yang ditahan di tempat yang sama, Marc Marginedas, yang juga dibebaskan tahun lalu, menulis pada surat kabar El Periodico bahwa para sandera dipaksa untuk menyanyikan lagu terkenal "Hotel California" karya band The Eagles.

"Kalian tak akan pernah bisa kabur, dan jika kalian mencobanya, maka kalian akan mati," kata Marginedas seperti AFP.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015