New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Selasa (Rabu pagi WIB), karena para pedagang memperkirakan laporan stok utama AS akan menunjukkan peningkatan lagi ke rekor tertinggi baru.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun 42 sen, menjadi ditutup pada 43,46 dolar AS per barel, tingkat terendah dalam enam tahun terakhir.

Patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, turun 43 sen menjadi menetap di 53,51 dolar AS per barel di perdagangan London.

Pada pagi hari, WTI telah jatuh ke serendah 42,63 dolar AS, karena para pedagang bersiap untuk laporan persediaan minyak dari Departemen Energi AS pada Rabu.

Laporan ini diperkirakan menunjukkan stok minyak mentah AS meningkat 3,3 juta barel menjadi 452,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 13 Maret, menurut survei Bloomberg News.

Persediaan AS telah meningkat selama sembilan minggu, mencapai rekor setelah rekor karena produksi minyak AS terus meningkat, menguji batas kapasitas penyimpanan.

"Meningkatnya kekhawatiran bahwa stok minyak mentah AS akan menambah tumpukannya pekan ini mendorong harga lebih rendah," kata analis Sucden Kash Kamal.

Harga minyak dunia telah jatuh sekitar 60 persen sejak Juni tahun lalu, akibat meningkatnya produksi AS dan pertumbuhan ekonomi global yang lemah.

"Harga minyak tetap dalam penurunan panjang yang dimulai musim panas lalu, dengan OPEC beralih ke kebijakan yang lebih kompetitif sebagai penggerak fundamental utama," kata Tim Evans dari Citi Futures.

Untuk Phil Flynn, dari Price Futures Group, pasar minyak, seperti pasar ekuitas dan valuta asing, sedang menunggu hasil dari pertemuan dua hari Federal Reserve pada Rabu untuk petunjuk tentang seberapa cepat bank sentral akan menaikkan suku bunga.

"The Fed telah membuat minyak naik dengan QE 1 dan QE 2 serta QE 3," kata Flynn dalam catatan penelitiannya, mengacu pada tiga putaran stimulus pelonggaran kuantitatif.

Sekarang Fed "sedang membantu itu turun karena ancaman akan menaikkan suku bunga, sementara bank sentral dunia lainnya ke arah lain."

Tetapi, ia memperingatkan ada peluang untuk lonjakan permintaan yang "bisa mengejar pasar secara mengejutkan. Perbedaan antara berlimpahnya persediaan minyak dan pasar yang ketat, jauh lebih tipis daripada orang perkirakan", demikian AFP melaporkan.

(A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015