Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Sidik, dalam kapasitas pribadinya melayangkan surat terbuka tentang Gubernur DKI Jaya, Basuki Purnama, terkait wawancara langsung pria yang biasa disapa Ahok itu di salah satu stasiun televisi nasional.

Dalam surat terbukanya yang diterima www.antaranews.com, di Jakarta, Jumat malam, Siddik menyatakan hampir 50 tahun mengikuti kiprah para gubernur DKI Jaya selama ini. Dia punya harapan besar bahwa gubernur DKI Jaya bisa menjadi pemimpin yang sukses dan panutan warganya. 

“Namun saya sangat terusik ketika seringkali menyaksikan Bapak di televisi tampil bicara dengan menggunakan bahasa yang sangat tidak santun dan bahkan beberapa kali mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor,” kata Sidik dalam surat itu. 

Wawancara dalam siaran langsung Ahok itu mengulas “anggaran siluman” yang menjadi pertikaian dia dengan DPRD DKI Jaya. Kementerian Dalam Negeri mencoba memediasi kedua pihak namun gagal. Ahok berkeras tidak memasukkan ribuan mata anggaran yang dia katakan muncul begitu saja dalam APBD Jakarta tahun ini. 

Karena begitu emosi kepada pihak yang semena-mena memasukkan anggaran dana siluman itu, Purnama sampai berulang kali mengeluarkan kata-kata yang mengacu pada kotoran mahluk hidup dalam siaran langsung, yang diudarakan pada jam tayang utama (prime time) itu, saat di mana semua orang masih beraktivitas sehari-hari. 

Menyikapi itulah Siddik menyatakan, “Bapak sebagai Gubernur menggunakan kosa kata yang sering saya dengar saat anak-anak sedang bertengkar dan saling mengumpat.”

“Pada awalnya saya coba memahami mungkin Bapak sedang marah dan kesal. Namun perilaku ini sering berulang dan semakin hari kata-kata yang Bapak gunakan semakin kasar dan kotor,” katanya, dalam surat terbuka itu.

“Pak Gubernur, puncak kegundahan dan kekecewaan saya muncul saat menyaksikan wawancara Bapak pada salah satu stasiun TV. Meski di awal pembawa acara sudah mengingatkan Bapak bahwa acara tersebut disiarkan langsung, ternyata lagi-lagi kosa kata kasar dan kotor keluar dari mulut Bapak, Sang Gubernur DKI Jakarta,” kata Siddik dalam suratnya itu.

“Ibu saya yang sudah sepuh ikut menonton siaran itu tak henti beristighfar. Saya tidak tahu apa reaksi jutaan warga masyarakat yang ikut menonton, bukan hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia,” katanya. 

Berikut sebagian isi surat terbuka itu:

Pak Gubernur Yth
Apakah Bapak tidak menyadari bahwa sekian juta masyarakat Indonesia menyaksikan acara tersebut?Apakah Bapak tidak mengingat bahwa sosok Gubernur adalah seorang yang dijadikan panutan oleh masyarakat Jakarta? Termasuk sekian banyak anak-anak dan remaja yang butuh pembelajaran dan keteladanan yang baik?

Pak Gubernur Yth
Bangsa kita saat ini, terutama generasi mudanya sedang mengalami krisis moral. Perilaku yang tidak lagi saling menghormati dan menyayangi sesama, perilaku saling memperolok dan menyakiti serta kebiasaan menggunakan kata-kata kasar dan kotor. Saya meyakini untuk memperbaiki kondisi ini kita harus memberikan contoh dan teladan baik, khususnya dari para pemimpinnya.

Apa jadinya jika anak-anak, remaja dan generasi muda kita melihat bahwa pemimpinnya sendiri berbicara dengan tutur kata yang tidak sopan dan bahkan tidak segan mengeluarkan makian kasar di depan umum.

Saya sangat menghormati Anda Pak Gubernur sebagai pimpinan masyarakat Jakarta. Saya akan dukung penuh program nyata Bapak yang baik. Saya juga dukung penuh jika Bapak ingin membersihkan praktek curang dan korup. Namun sekali lagi lakukan itu dengan cara yang baik.

Terakhir Pak Gubernur. Kebetulan pekerjaan saya mengharuskan saya berinteraksi dengan banyak tokoh dan pemimpin di berbagai negara. Ternyata mereka pun memberi perhatian terhadap berita-berita media menyangkut kiprah Bapak. 

Dengan kerendahan hati saya berharap suara warga ini sampai dan Bapak mau dengarkan. 'Sebaik-baik manusia adalah yang mau mendengarkan perkataan, dan mengikuti apa-apa yang baik.'

Salam hormat

Mahfuz Sidik

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015