Beijing (ANTARA News) - Ketua Organisasi Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyambut partisipasi negara-negara besar Eropa dalam satu bank infrastruktur hasil inisiatif Tiongkok dengan mengatakan langkah itu akan memastikan lembaga baru tersebut bekerja di bawah standar-standar global yang ada.

Inggris, Jerman, Prancis dan Italia sudah menyatakan keinginannya berpartisipasi dalam Bank Investasi Insfrastruktur Asia (AIIB) yang berseberangan dengan sikap Amerika Serikat dan Jepang yang masing-masing memimpin Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang berpusat di Manila.

Angel Gurria, Sekretaris Jenderal OECD, berkata, "Fakta bahwa beberapa negara Eropa kini bekerjasama dengan proyek itu membuat saya bahkan lebih yakin bahwa lembaga itu akan bekerja dengan cara yang sangat profesional dan transparan. Saya tak melihat negara-negara itu mau bergabung dengan sebuah lembaga yang akan bekerja dengan standar sebaliknya."

Tiongkok menyambut keberanian Eropa untuk berperan serta dalam lembaga baru ini, sedangkan media nasional negara itu mengklaim AS berisiko dipinggirkan.

Beijing menggembar-gemborkan bahwa lembaga senilai 50 miliar dolar AS sebagai sarana membantu mengatasi jurang perbedaan dalam soal kebutuhan pendanaan untuk pembangunan kawasan di Asia.

Perekonomian Tiongkok tengah memulai apa yang disebut dengan "normal baru", yang berarti lintasan pertumbuhan tengah melambat, dengan ekspansi lebih berkelanjutan yang didasarkan pada kelas konsumen yang bertumbuh sebagaimana terjadi di negara-negara maju.

"Kami suka 'normal baru'. Kami kira tujuh persen lebih berkelanjutan," kata Gurria seraya menyebut tahap ini sebagai "kecepatan menjelajah" yang bisa menghindarkan distorsi dan gelembung ekonomi.

OECD, badan analisis kebijakan yang beranggotakan 34 negara maju, menaksir pertumbuhan ekonomi Tiongkok sebesar 6,9 persen tahun depan, demikian AFP.






Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015