Padang (ANTARA News) - Hanya dalam waktu 20 menit, tiga ton gula pasir yang dibungkus dengan kain perca berwarna warni kemasan 100 gram ludes diperebutkan ratusan warga pada acara tradisi serak gulo di Padang, Sumatera Barat, Sabtu (21/3).

Gula tersebut dilemparkan belasan pria dewasa dari atap Masjid Muhammadan di Jalan Batipuh Panjang, Kecamatan Padang Selatan, untuk diperebutkan oleh ratusan warga yang telah menanti di bawah.

"Hoi.. ambuang kamari gulo.... gulo...gulo...," teriak warga yang artinya "Hei lemparkan ke sini gula".

Suara warga berteriak itu riuh rendah dengan kedua tangan direntangkan ke atas bersiap menangkap gula yang dilemparkan selepas Ashar itu.

Tradisi rutin yang dihelat setiap tanggal 1 Jumadil Akhir mengacu kepada penanggalan kalender Hijriah itu sudah rutin digelar sejak 300 tahun lalu.

Ketua Panitia Hafaz Max Anwar menjelaskan serak gulo adalah tradisi turun temurun yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari lahir salah seorang ulama di India yang bernama Souhul Hamid.

"Souhul Hamid merupakan salah seorang penyebar agama Islam dan serak gulo merupakan simbol manisnya ilmu yang diberikan," ujar dia.

Ia mengatakan tradisi serak gulo merupakan salah satu kebudayaan masyarakat India Muslim yang hanya dilakukan pada tiga tempat, yaitu di Padang, Singapura dan India.

Menurut dia, menyambung silaturahim dan meningkatkan kepedulian untuk saling berbagi merupakan filosofi dari kegiatan ini.

Sekitar tiga ton gula disiapkan pada kegiatan yang berasal dari sumbangan berbagai kalangan secara sukarela mulai dari etnis Tiongkok, Minang hingga Batak, ucap dia.

Tradisi diawali dengan pemasangan bendera berbentuk segi tiga berwarna hijau dan putih pada seutas tali sepanjang 20 meter yang direntangkan di atas atap Masjid Muhammadan.

Setelah itu belasan pemuda dewasa mulai mengangkat berkarung-karung gula ke atas atap, setiap karung berisi  gula pasir yang dibungkus dengan kain perca berwarna-warni dengan berat 100 gram.

Usai berdoa bersama, gula dilemparkan ke bawah yang telah siap diperebutkan oleh ratusan warga yang telah menunggu. Tua muda hingga anak-anak berbaur penuh keceriaan dan kegembiraan menangkap gula.

Tak jarang rambut pun akhirnya penuh taburan gula karena ada bungkus yang pecah, namun suasana meriah pada sore itu punya kesan mendalam bagi setiap yang hadir.

Hafaz menyebut penyelenggaraan acara tahun ini jauh lebih meriah apalagi dihadiri oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, Wali Kota Padang Mahyeldi dan anggota DPD RI Abu Bakar Jamal.

Ketua Himpunan Keluarga Muhammadan Padang, Ali Khan Abu Bakar Alhaj menjelaskan tradisi ini merupakan salah satu upaya melestarikan budaya India dan dapat menjadi salah satu aset pariwisata di Kota Padang.

Serak gulo juga memiliki makna betapa seseorang dapat membayangkan manisnya ilmu yang diberikan Souhul Hamid tersebut dan disimbolkan dalam bentuk gula, ujar dia.

Ia menjelaskan serak gulo merupakan wadah silaturahim dan saling berkumpul di antara sesama warga keturunan India dimana dalam Islam disebut dengan "ukhuwah Islamiyah" atau persaudaraan sesama Muslim.

Menurut dia, tradisi ini sudah berlangsung lama bahkan sejak kakeknya lahir sudah dilakukan oleh warga keturunan India yang ada di Padang.

Tradisi ini boleh dikuti siapa saja tidak terbatas warga keturunan India saja , semua masyarakat boleh ikut, ucap dia.

Ia menegaskan kegiatan ini murni tradisi dan bukan ajaran agama sehingga jangan disalahartikan.

Ali menyebutkan saat ini terdapat sekitar 1.025 kepala keluarga keturunan India di Padang dimana total semuanya dapat mencapai 5.000 jiwa.

Sementara Nurhayati salah seorang warga keturunan yang hadir mengatakan salah satu tujuan hadir pada acara ini agar memperoleh keberkahan dari gula yang diperoleh.

"Supaya tercapai apa yang menjadi cita-cita pada tahun ini, sehat selalu, dan ada juga yang menjadikan acara ini sebagai tempat mencari jodoh," kata dia.

Nurhayati yang berhasil memperoleh 10 kantong gula itu merasa bangga tradisi yang berasal dari tanah leluhurnya masih bertahan hingga saat ini.

Wali Kota Padang Mahyeldi yang turut hadir pada acara itu mengatakan ini merupakan salah satu potensi budaya di Padang yang harus dikembangkan.

Pada kesempatan itu secara resmi warga keturunan India di Padang mengangkat Wali Kota Padang Mahyeldi dan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno sebagai Mamo atau paman bagi warga keturunan yang merupakan tempat bertanya dan minta nasehat.

Lebih lanjut Mahyeldi mengatakan ia mengusulkan Jalan Batipuh Panjang yang juga dikenal sebagai perkampungan India di Padang diganti namanya menjadi Jalan Masjid India.

Ia akan segera membahasnya bersama DPRD Padang dan menghidupkan daerah ini sebagai pusat perkampungan India di Padang yang menyediakan fasilitas makanan khas India.

"Jika Pemkot Padang kedatangan tamu dari India maka akan dibawa ke sini untuk mencicipi hidangan khas India," kata dia.

Mahyeldi juga meminta kepada warga keturunan India yang ada di Padang untuk menjajaki peluang membentuk kota kembar dengan salah satu kota yang ada di India.

Oleh Ikhwan Wahyudi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015