Makanya saya mengharapkan masyarakat mengadukan ini (situs radikalisme), kita juga ada tempat untuk pengaduan konten melalui email aduankonten@mail.kominfo.co.id
Bantul (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia Rudiantara kesulitan memblokir situs-situs berisi konten faham radikalisme karena tidak mudah dicari melalui kata kunci dalam pencarian di media internet tersebut.

"Kalau berkaitan dengan situs-situs terorisme atau radikalisme itu tidak untuk komersil, sehingga susah ditemukan (situsnya)," kata Menteri usai berkunjung ke Balai Pengkajian, Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BPPKI) Yogyakarta, Senin.

Menurut dia, situs radikalisme memiliki perbedaan dengan situs berisi konten negatif seperti pornografi yang mudah diakses dan dicari melalui sebuah kata kunci, karena umumnya situs tersebut dikomersilkan.

Oleh sebab itu, kata Menteri pemerintah langsung bisa melakukan pemblokiran begitu situs porno ditemukan, sementara untuk situs-situs radikalisme biasanya tidak komersil dan tersembunyi, sehingga tidak mudah dicari menggunakan kata kunci.

"Misalkan situsnya namanya abrakadabra, tapi isinya terorisme, jadi key word-nya (kata kunci) susah, kalau situs pornografi lebih mudah, misalnya dengan mengetik kata porn atau esek-esek," kata Menteri.

Oleh sebab itu, Menteri Rudiantara mengimbau kepada masyarakat atau pengguna internet yang mengetahui informasi situs yang berisi faham radikalisme tersebut untuk segera mengadukan kepada Kementerian Kominfo.

"Makanya saya mengharapkan masyarakat mengadukan ini (situs radikalisme), kita juga ada tempat untuk pengaduan konten melalui email aduankonten@mail.kominfo.co.id," katanya.

Menurut Menteri, sejauh ini kementeriannya telah telah mendapatkan aduan cukup banyak terkait situs yang meresahkan masyarakat, setidaknya ada 30 situs yang telah ditutup, seperti video gerakan ISIS yang beredar beberapa waktu lalu.

Pewarta: Heri Sidik
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015