Jakarta (ANTARA News) - Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail Cawidu, mengatakan, pertukaran informasi antara Indonesia dan Rusia penting untuk saling mengetahui keadaan dua negara.

"Pertukaran informasi berguna agar masyarakat di kedua negara saling mengetahui keadaan di masing-masing wilayah dan menghilangkan persepsi-persepsi keliru," ujar Ismail Cawidu, di Jakarta, Senin.

Pernyataan ini disampaikan dia, setelah acara dialog internasional bertajuk Global Media, Global Challenges, yang juga menghadirkan Wakil Menteri Telekomunikasi dan Komunikasi Rusia, Alexei K Violin, sebagai pembicara.

Selama ini masih ada masyarakat Indonesia yang memandang Rusia adalah negara yang sama seperti masa perang dahulu saat masih bernama Uni Soviet. "Padahal sekarang Rusia sudah berubah dan lebih reformis," kata Cawidu.

Ia menduga, persepsi yang salah ini menjadi penyebab turunnya jumlah penduduk Indonesia yang melanjutkan pendidikan ke Rusia, bila dibandingkan pada masa Presiden Soekarno masih menjabat.

"Di masa Soekarno ada sekitar 1.000 orang yang belajar ke Rusia. Namun di masa sekarang, sampai tahun 2015 hanya ada sekitar 200 orang," ujar dia.

Sayangnya, dia menambahkan, Indonesia dan Rusia belum pernah membuat sebuah nota kesepahaman (MoU) yang tentang pertukaran informasi ini. "Kominfo akan menindaklanjuti kemungkinan MoU ini dengan pihak Rusia, yang juga akan membicarakan bentuk pertukaran informasi itu," katanya.

Selain Violin, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Galuzin, Kepala Pusat Kerja Sama Internasional Kominfo, Ikhsan Baidirus, dan Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk, Bambang Harymurti, menjadi pembicara.

Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015