... satu hal yang penting adalah mengubah pola pikir negatif masyarakat Indonesia terhadap Afrika...
Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia harus mampu memanfaatkan momentum KTT Asia Afrika untuk lebih meningkatkan hubungan dengan negara-negara Afrika, kata mantan Duta Besar Indonesia untuk Ethiopia, Ramli Saud.

"Salah satu hal yang penting adalah mengubah pola pikir negatif masyarakat Indonesia terhadap Afrika," katanya dalam acara diskusi publik mengenai peringatan Konferensi Asia Afrika, di London School of Public Relations, Jakarta, Senin.

Menurut Saud, negara-negara Afrika sampai hari ini masih dipandang negatif oleh masyarakat dan media massa.

"Afrika masih identik dengan busung lapar, penyakit, dan lain-lain. Padahal negara-negara Afrika pada kenyataannya saat ini telah mengalami perkembangan yang baik," katanya.

Ramli mencontohkan pernyataannya dengan Ethiopia sebagai negara Afrika yang sering dipandang negatif dan identik dengan busung lapar dan kemiskinan. Namun, pada kenyataannya Ethiopia sudah berkembang sedemikian pesat secara ekonomi.

"Ethiopian Airlines, misalnya, yang sampai saat ini telah memiliki 64 penerbangan internasional," katanya.

Pendiri Komunitas Kebijakan Luar Negeri Indonesia, Dino Patti Djalal, juga menyetujui pernyataan Saud, mengenai kemajuan negara-negara Afrika.

"Ethiopia adalah negara pengekspor bunga mawar terbesar ke Belanda. Rwanda, yang pernah mengalami tragedi genosida, mendapatkan predikat the best reformer in the world dari Bank Dunia setelah melakukan reformasi ekonomi dan politik," kata mantan duta besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu.

Dino berpendapat kerja sama dengan negara-negara Afrika jangan hanya terinisiasi di Afrika bagian selatan saja, tetapi juga harus bersinergi seluruhnya agar dapat setara dengan Asia.

Saud mengatakan semangat KAA 1955 dapat dipulihkan dengan mengoptimalisasi hubungan diplomatik Indonesia, baik diplomasi total maupun diplomasi multi jalur, dengan negara-negara di Afrika.

"Afrika kurang menarik banyak perhatian pengusaha untuk berinvestasi di sana, hanya China yang aktif mendominasi (investasi)," katanya.

Menurut dia, dua investasi Indonesia di Ethiopia adalah produk sabun dan mi instan. Kedua badan usaha tersebut juga membuka usaha di negara-negara Afrika lain.

Dia menjelaskan negara-negara Afrika sudah berpartisipasi di KAA sejak awal karena berutang budi kepada Indonesia sebagai pionir negara merdeka pasca Perang Dunia II.

"Banyak negara Afrika merdeka karena terinspirasi kemerdekaan Indonesia. Indonesia berjasa bagi negara-negara terjajah di Afrika. Pada KAA 1995, Kaisar Halle Selassie adalah tokoh Ethiopia yang menghadiri pertemuan tersebut," ucap Saud.

Pewarta: Roberto Basuki
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015