Serang (ANTARA News) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian meluncurkan Sistem Informasi (SI) Kalender Tanam (Katam) Terpadu Versi 2.1, Selasa, yang bermanfaat sebagai pedoman bagi semua pihak yang berkecimpung di sektor pertanian, baik petani maupun pemangku kepentingan lainnya.

"SI Katam Terpadu Versi 2.1 tersebut merupakan versi mutakhir untuk Musim Kemarau (MK) 2015 yang engalami beberapa penyesuaian dalam upaya adaptive maintanance," kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balibangtan) Haryono di Serang, Banten.

Ia menjelaskan sistem informasi Kalender Tanam terpadu diluncurkan dua kali setahun, masing-masing adalah musim hujan untuk periode Oktober-Maret (Oma), dan musim kemarau untuk periode April-September (Asep). "Namun kedua launching tersebut tetap menginformasikan secara utuh tiga musim tanam (MT-1/MH, MT-2/MK-1) dan MT3/MK-2)," kata Haryono.

Ia mengatakan SI Katam Terpadu Versi 2.1 itu dilengkapi dengan informasi standing corp mutakhir sesuai dengan fase pertumbuhan padi sawah di Pulau Jawa, bali, Sumatera dan Sulawesi, dan informasi waktu tanam dengan memperhitungkan karakteristik pola curah hujan masing-masing wilayah, meliputi beberapa lokasi atau ZOM, yaitu pola munsonal, equatorial, moderate dan lokal.

Versi 2.1 itu juga dilengkapi dengan informasi waktu tanam padi, jagung, dan kedelai di lahan rawa, lebak dan pasang surut, beserta rekomendasi varietas dan pupuknya, dan informasi cara bertanam jajar legowo pada info Balai Pengembangan Pertanian.

Haryono mengatakan awal musim kemarau 2015 di Indonesia dominan terjadi pada April di minggu kedua dan ketiga mencakup di 1.234 kecamatan, dan Mei III-Juni I mencakup 2.033 kecamatan, terutama di Pulau Sumatera dan Jawa.

Prakiraan curah hujan pada MK 2015 berkisar >200 mm/bulan terjadi di 1.644 kecamatan dan menghasilkan luas tanam potensial 365.937 hektare untuk padi sawah dan 179.483 hektare untuk jagung/kedelai di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua.

Kemudian curah hujan 100-200 mm/bulan, yang menyebar di 2.496 kecamatan dan mencakup luas tanam potensial 1.542.632 hektare untuk padi sawah (irigasi dan rawa) dan 633.943 hektare untuk jagung/kedelai menyebar terutama di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Untuk curah hujan 60-75 mm/bulan menyebar di 1.011 kecamatan atau mencakup luas tanam potensial 985.952 hektare untuk padi sawah irigas dan 496.546 hektare untuk kedelai, menyebar di Jawa, Bali-Nusa Tenggara dan Sulawesi.

Untuk curah hujan kisaran 75-100 mm/bulan menyebar di 1.051 kecamatan atau mencakup luas tanam potensial 11.149.652 hektare untuk padi sawah (irigasi dan rawa) dan 292.677 hektare untuk jagung/kedelai, menyebar di Jawa, Bali-Nusa Tenggara dan Sulawesi, sedangkan curah hujan <60 mm/bulan menyebar di 780 kecamatan dan menghasilkan luas tanam potensial 452.493 hektare untuk padi sawah irigasi di Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi dan Papua.

Ia menambahkan walaupun prediksi global pada MK 2015 tidak menggambarkan fenomena el-nino, namun untuk mengantisipasi kehadiran el-nino atau kondisi ekstrim lainnya diperlukan pemantauan terus menerus hingga periode Agustus-September-Oktober 2015.

Selain peluncuran SI Katam Terpadu Versi 2.1, kegiatan yang berlangsung sejak 23 hingga 26 Maret itu juga dilangsungkan sosialisasi dan focus group discussion Katam Terpadu MK 2015 yang diikuti seluruh peserta dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) seIndonesia, dengan menghadirkan nara sumber dari Lembaga Penerebangan dan Antariksa (Lapan) dan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Pewarta: Ridwan Ch
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015