Washington (ANTARA News) - Israel telah memata-matai perundingan nuklir Iran dengan Amerika Serikat dan beberapa negara besar, lapor Wall Street Journal seperti dikutip AFP.

Israel segera menepis laporan itu sebagai "tidak benar" dan membantah telah memata-matai Amerika Serikat.

The Journal melaporkan, mengutip para pejabat dan mantan pejabat AS, bahwa operasi mata-mata itu dirancang untuk menyusupi perundingan tersebut dan membangun skenario yang berbalikkan dengan butir-butir kesepakatan yang dirundingkan.

Selain menguping, Israel juga mengumpulkan informasi dari beberapa briefing, informasi dan kontak-kotak diplomasi rahasia AS di Eropa, kata para pejabat seperti dilaporkan The Journal.

Koran itu menambahkan yang membuat Gedung Putih kesal adalah bukan karena aksi spionase itu, namun Israel membagi informasi dari dalam AS dengan para anggota parlemen AS demi memperoleh dukungan untuk kesepakatan yang ditujukan membatasi program nuklir Iran.

Kebanyakan politisi Republik memang menentang kesepakatan itu.

"Adalah biasa bagi AS dan Israel saling memata-matai. Namun menjadi lain jika Israel mencuri rahasia-rahasia AS dan lalu menyalurkannya lagi kepada para legislator AS untuk merongrong diplomasi AS," lapor The Journal mengutip seorang pejabat senior AS yang mengetahui masalah ini.

Dinas intelijen AS yang memata-matai Israel memergoki operasi ini ketika mereka menyadap komunikasi antar para pejabat Israel. Komunikasi ini mengungkapkan rincian bahwa pihak AS yakin hanya pihaknya yang bisa mengakses ke pembicaraan-pembicaraan rahasia.

Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman menepis laporan The Journal ini.

"Laporan ini tidak benar. Jelas Israel punya kepentingan keamanan dalam mempertahankan diri dan kami punya intelijen sendiri. Namun kami tidak memata-matai Amerika Serikat. Ada cukup peserta dalam perundingan itu, termasuk Iran," kata dia di Israel.

"Kami mendapatkan intelijen kami dari sumber lain, bukan dari Amerika Serikat. Perintahnya jelas sejak dulu: jangan memata-matai Amerika Serikat, langsung maupun tidak langsung."


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015