Yogyakarta (ANTARA News) - Kebijakan pemblokiran situs Internet yang dicurigai digunakan sebagai media komunikasi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), tidak akan signifikan menangkal masuknya propaganda kelompok radikal itu ke Indonesia.

"Kalau diblokir gampang sekali muncul lagi di situs radikal lain atau bisa juga muncul di Twitter," kata pakar terorisme dari Internasional Crisis Group (ICG) Sidney Jones di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, Selasa.

Menurut Jones, seiring berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, penyebaran ideologi radikal seperti yang disebarkan kelompok ISIS semakin sulit dibendung.

Pemerintah Indonesia, menurut dia, perlu lebih memahami inti ajaran ISIS sehingga pemerintah dapat mengambil kebijkan yang lebih efektif.

"Seluruh pejabat pemerintah harus mengerti dulu apa sebenarnya inti ajaran ISIS," kata dia.

Kendati demikian, menurut Jones, ancaman ideologi ISIS tidak akan mampu membahayakan stabilitas Indonesia karena orang yang akan bergabung dengan ISIS hanya sebagian kecil.

"Sesuai dengan yang saya kenal masyarakat Indonesia cenderung memiiki budaya yang terbuka dan sangat bertentangan dengan ideologi ISIS," kata dia.

Ia mengatakan, meskipun ada yang tertarik untuk bergabung dengan ISIS, untuk konteks Indonesia hanya segelintir orang.

"Menurut saya tidak benar bahwa ribuan orang (Indonesia) akan bergabung dengan ISIS, apalagi sampai menggoyahkan stabilitas negara," kata dia.

Belum lagi, menurut Jones, untuk berangkat ke Suriah dalam rangka berabung dengan ISIS tidak mudah karena harus melalui rekomendasi dari orang yang sudah ada di Suriah.

"Kalau ada yang ingin ke Suriah bergabung dengan kelompok ISIS tidak segampang itu, harus ada rekomendasi dari orang yang sudah ada di sana," kata dia.

Selain mendapatkan rekomendasi, katanya, perekrutan anggota ISIS menyasar orang terkait dengan organisasi yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kelompok itu.

"Entah itu Majelis Mujahidin atau Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) atau organisasi macam-macam lainnya," kata Jones.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015