Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Bank Pembangunan Asia Edimon Ginting mengatakan pengelolaan neraca transaksi berjalan yang masih tercatat defisit bisa mengatasi masalah fluktuasi kurs rupiah agar tidak melemah terlalu tajam terhadap dolar AS.

"Kalau (neraca transaksi berjalan) itu belum menunjukkan perbaikan secara signifikan, rupiah akan sulit untuk menguat secara signifikan juga," ujarnya di Jakarta, Selasa.

Edimon menjelaskan defisit neraca transaksi berjalan merupakan salah satu faktor yang membuat volatilitas rupiah cenderung melemah terhadap dolar AS dan kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah itu melalui paket ekonomi sudah tepat.

"Kita memang memiliki ketahanan di cadangan devisa, tapi rupiah melemah ini karena recovery neraca transaksi berjalan yang lambat, selain karena penguatan dolar AS. India sudah merespon masalah ini dengan kebijakan," katanya.

Edimon mengatakan paket yang salah satunya dibuat untuk mengatasi masalah repatriasi devisa bisa sangat efektif untuk menekan defisit pada neraca jasa dan pendapatan, meskipun paket kebijakan ini bukan hal yang utama bagi para investor.

"Neraca transaksi berjalan banyak disumbang dari repatriasi deviden, jadi insentif ini memang good policy. Tapi sebenarnya yang lebih penting adalah kepercayaan investor terhadap pemerintah dengan adanya reformasi dan perbaikan efisiensi," jelasnya.

Edimon menambahkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang saat ini sedang terjadi, tidak terlalu mengkhawatirkan para investor di pasar keuangan, asalkan situasinya masih mencerminkan kondisi fundamental.

"Selama pergerakannya masih merefleksikan fundamentalnya dan sejalan dengan proyeksi investor, maka mereka tidak akan pergi (menarik dana keluar Indonesia), tapi kalau betul-betul di luar proyeksi akan membuat mereka khawatir," katanya.

Selain itu, menurut dia, ada harapan dolar AS akan melemah terhadap mata uang lainnya, meskipun masih ada ketidakpastian normalisasi kebijakan Bank Sentral AS (The Fed), karena penguatan dolar AS bisa berdampak negatif pada sektor ekspor AS.

"Dolar tidak akan menguat selamanya. Itu bisa dilihat dari posisi terakhir Fed, yang memikirkan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan AS sebagian besar dari ekspor, jadi mereka tidak akan membiarkan dolar terlalu menguat," ujarnya.

Sementara, ADB memprediksi Indonesia bisa mengatasi masalah defisit transaksi berjalan dalam dua tahun mendatang, dengan proyeksi 2,8 persen terhadap PDB pada 2015 dan 2,4 persen terhadap PDB pada 2016. Perkiraan ini lebih rendah dari realisasi 2014 yang mencapai 3,0 persen terhadap PDB.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015