Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar sembilan poin menjadi Rp12.910 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.901 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa dolar AS bergerak naik setelah data ekonomi AS yang diumumkan tadi malam lebih baik dari periode sebelumnya.

Inflasi AS yang cenderung terus membaik cukup untuk mendorong kembali mata uang dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia.

"Situasi itu berpeluang menghentikan tren penguatan rupiah pada Rabu ini. Akan tetapi, kami masih melihat ruang untuk rupiah lebih kuat lagi dalam jangka pendek," katanya.

Secara umum, lanjut dia, dolar AS masih memiliki peluang untuk kembali terdepresiasi menyusul ekspektasi pasar bahwa data "durable goods orders" AS yang akan dirilis pada pekan ini diperkirakan mengalami penurunan.

Sementara itu, Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova mengatakan bahwa Bank Indonesia yang masih berada di pasar valas akan menahan tekanan rupiah lebih dalam.

Apalagi, cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2015 yang sebesar 115,5 miliar dolar AS masih berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.

"Cadangan devisa sebesar itu mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga ekonomi Indonesia untuk tumbuh berkelanjutan," katanya.

Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia yang mempertahankan BI Rate sebesar 7,50 persen juga dinilai masih sejalan dengan upaya untuk mencapai sasaran inflasi 4 plus minus 1 persen pada 2015 dan 2016.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015