Pulau ini disebutkan tidak pernah menyatu dengan Sumatera dan dipisahkan laut dengan kedalaman lebih 2.000 meter


Bengkulu (ANTARA News) - Sejumlah peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai melakukan survei awal untuk penelitian keanekaragaman hayati yang ada di Pulau Enggano, pulau terluar yang masuk wilayah Provinsi Bengkulu.

"Ada empat orang peneliti yang melakukan survei awal untuk penelitian keanekaragaman hayati yang dimiliki Pulau Enggano," kata Koordinator Tim Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Amir Hamidy, di Enggano, Rabu.

Ia mengatakan penelitian tersebut lebih diarahkan pada kekayaan biologi yang dimiliki pulau terluar berjarak 106 mil laut dari Kota Bengkulu itu.

Survei awal kata dia akan digelar sepekan untuk mengetahui kebutuhan puluhan orang peneliti LIPI yang memulai penelitian di Pulau Enggano pada April 2015.

"Kami membutuhkan data awal tentang kebutuhan tim selama berada di Pulau Enggano, setelah survei ini tim berjumlah lebih 40 orang mulai bekerja bulan depan," kata dia.

Amir mengatakan penelitian kandungan keanekaragaman hayati Pulau Enggano sangat penting untuk diteliti sebab pulau ini unik secara geologi.

Dalam sejarah yang dicatat sejumlah peneliti asing dan penelitian secara geologi bahwa pulau yang dihuni lebih 2.800 jiwa itu tidak pernah menyatu dengan Pulau Sumatera.

"Pulau ini disebutkan tidak pernah menyatu dengan Sumatera dan dipisahkan laut dengan kedalaman lebih 2.000 meter," ujar dia.

Dengan kondisi itu Pulau Enggano yang didiami lima suku asli dipastikan memiliki keanekaragaman hayati endemis.

Karena itu penelitian tersebut penting untuk menyelamatkan dan melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di pulau seluas 40.000 meter persegi tersebut.

Amir mengatakan sudah berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk rencana penelitian tersebut dan mendapat dukungan penuh.

Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015