Kondisi dunia ditambah CAD dan ULN, menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah,"
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menjadikan utang luar negeri (ULN) swasta dan defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) sebagai faktor penyebab pelemahan rupiah, di samping ketidakpastian ekonomi global.

"Kondisi dunia ditambah CAD dan ULN, menambah tekanan terhadap nilai tukar rupiah," kata Gubernur BI Agus Martowardojo saat paparan di Komisi XI DPR RI, Jakarta, Rabu.

Agus menuturkan, banyaknya utang luar negeri swasta dan BUMN yang tidak menerapkan mekanisme lindung nilai (hedging) akan menambah potensi pelemahan lanjutan pada rupiah.

"Utang swasta dan BUMN umumnya berjangka waktu lebih pendek dan cukup banyak yang tidak di-hedging. Itu akan membuat risiko, seandainya tidak tersedia likuidas atau ada pelemahan di rupiah," ujarnya.

Selain itu, masalah utama lainnya Indonesia yakni masih besarnya defisit neraca transaksi berjalan yang hingga akhir 2014 sebesar 26 miliar dolar AS.

"Kami akan mengarahkan current account deficit 2015 yang lebih sehat dan ingin dijaga pada 2,5-3 persen dari PDB," kata Agus.

Dari sisi eksternal, lanjut Agus, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai sebagai akibat dinamika perekonomian global di tengah membaiknya data-data ekonomi dan ketenagakerjaan AS. Bank Sentral AS The Fed juga akan menaikkan suku bunga pada tahun ini.

Namun, secara umum tingkat pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih jauh lebih baik dibandingkan dengan mata uang sejumlah negara emerging market, seperti Brazil, Turki, India maupun Afrika Selatan.

"Memang Indonesia lebih baik depresiasinya. Gejala yang kita alami adalah penguatan dollar AS. Mata uang kita melemah, tetapi dibandingkan euro dan won, kita masih menguat," ujarnya.

Ia menambahkan, penguatan rupiah terhadap sebagian besar mata uang negara lain, sekaligus menunjukkan cukup tingginya tingkat daya saing perekonomian domestik.

"Rupiah akan mencapai nilai tertentu sesuai dengan kinerja negara," kata Agus.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015