... pentolan NIIS/ISIS, Abu Jandal al-Indonesi, mengeluarkan ancaman kepada Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepolisian Indonesia, Densus 88, dan Banser NU...
Jakarta (ANTARA News) - Tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU), KH M Misbahus Salam, menilai, pemberitaan kiprah kelompok radikal yang menamakan diri Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/ISIS) bukan pengalihan isu, karena NIIS/ISIS ini telah menjadi ancaman nyata. 

"Tempo hari beredar di youtube, seorang pentolan NIIS/ISIS, Abu Jandal al-Indonesi, mengeluarkan ancaman kepada Panglima TNI, Jenderal TNI Moeldoko, Kepolisian Indonesia, Densus 88, dan Banser NU," katanya.

"Sementara kini sudah ada sejumlah WNI yang bergabung dengan ISIS di Suriah,"katanya kepada pers, di Jakarta, Kamis.

Karena itu Salam menyambut baik pelaksanaan Konferensi Internasional tentang Terorisme dan NIIS/ISIS yang dibuka Wakil Presiden, Jusuf Kalla, di Jakarta, pada 23 Maret 2015. Konferensi itu langkah antisipatif untuk melindungi masyarakat dari pengaruh buruk yang lebih jauh dari ancaman NIIS/ISIS.

Tokoh muda NU yang dekat dengan Rais Syuriah Pengurus Besar NU KH Hasyim Muzadi itu lebih lanjut mengemukakan, terorisme dan radikalisme sudah ada di Indonesia, terbukti pengeboman dan bom bunuh diri ali, di Poso, dan di Jakarta (di Hotel JW Marriot) beberapa waktu lalu dengan dalih agama.

Dalam kaitan itu ia mengingatkan, penyimpangan pemikiran kalangan teroris dan radikalis dalam memaknai teks-teks Al-Quran dan Al-Hadist harus diimbangi dengan harakah pemikiran sesuai tafsir yang sejalan dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam.

Namun ia juga menekankan ketegasan dari pemerintah, dalam hal ini aparat penegak hukum untuk menindak kelompok-kelompok teroris dan radikalis, termasuk golongan yang anti negara Indonesia dan Pancasila.

"Tindakan tegas itu tidak hanya dilakukan di pihak hilir, melainkan justru yang sangat urgen adalah di pihak hulu sebagai aktor intelektual, termasuk pensuplai dananya. Polisi dan TNI jangan menunggu masyarakat yang mengadili dan menghakimi mereka," katanya.

Tapi menurut dia pemerintah juga perlu mengajak masyarakat, terutama tokoh agama dan kalangan media massa dalam upaya menyelamatkan warga Indonesia dari ancaman terorisme dan radikalisme di mana pun mereka berada.

Dia juga mengingatkan, salah satu kalangan yang relatif rentan terhadap pengaruh gerakan terorisme dan radikalisme adalah pelajar dan mahasiswa.

"Orang-orang ISIS itu menyebarkan pengaruh melalui teknologi informasi, khususnya melalui media sosial. Oleh karena itu para pelajar dan mahasiswa harus berhati-hati serta harus bijak dalam mencermati konten media sosial," katanya.

Pewarta: Aat Surya Safaat
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015