Semarang (ANTARA News) - Dinas Pendidikan Kota Semarang, Jawa Tengah, mengakui hanya sekolah menengah kejuruan yang paling siap melaksanakan ujian nasional berbasis komputer atau "computer based test".

"Belum semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan UN CBT, termasuk sekolah menengah atas (SMA)," kata Kepala Disdik Kota Semarang Bunyamin di Semarang, Kamis.

Menurut dia, ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelenggarakan UN CBT, di antaranya jumlah unit komputer yang dimiliki sekolah sekurangnya sepertiga dari jumlah total siswa peserta UN.

Pertimbangan dari persyaratan-persyaratan itu, kata dia, Disdik hanya mengusulkan sebanyak 10 SMK yang dinilai siap untuk melaksanakan UN CBT atau kerap disebut dengan UN online pada tahun ini.

"Kami hanya sebatas mengusulkan sekolah yang mampu melaksanakan UN CBT, sementara keputusan finalnya berada di tangan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan," katanya.

Ke-10 sekolah yang diusulkan, yakni SMK negeri 2, SMK Negeri 3, SMK Negeri 5, SMK Negeri 7, SMK Negeri 8, SMK Palapa, SMK Nurul Barqi, SMK Palebon, SMK Texmaco, dan SMK Bagimu Negeriku Semarang.

Bunyamin mengatakan Disdik perlu mempertimbangan kesiapan sekolah, terutama dalam sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan UN CBT dalam pengusulannya ke Puspendik Kemendikbud.

Sementara itu, Kepala Bidang Pendidikan Dasar dan Menengah Disdik Kota Semarang Sutarto menambahkan penyelenggaraan UN CBT berbeda dengan UN konvensional yang biasanya digelar setiap tahun.

Pada pelaksanaan UN CBT, kata dia, siswa akan langsung mengerjakan soal di depan komputer dengan materi soal yang langsung diunduh dari Puspendik, namun koneksinya masih satu lokal sekolah.

"Artinya begini, koneksinya tidak langsung online ke pusat, namun lokal di masing-masing sekolah. Hasilnya, nanti yang dikirim secara online ke Puspendik untuk dilakukan penilaian," katanya.

Untuk pengawasannya, kata dia, masih sama seperti UN konvensional melalui sistem silang guru, tetapi ada petugas khusus yang ditugaskan sebagai penanggung jawab pengelolaan penyelenggaraan UN CBT.

"Biasanya, petugas-petugas khusus ini diambilkan dari para guru teknologi informasi (TI) dan tenaga admin sekolah. Namun, mereka akan dilatih langsung oleh Puspendik," pungkas Sutarto.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015