Cuaca ekstrem seperti angin kencang, hujan lebat, bahkan hujan es serta petir masih berpeluang terjadi,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Yogyakarta memprakirakan cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta hingga pertengahan April 2015.

"Cuaca ekstrem seperti angin kencang, hujan lebat, bahkan hujan es serta petir masih berpeluang terjadi," kata Staf Pusat Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Agus Triyanto di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, terjadinya cuaca ekstrem itu dipicu adanya pembentukan awan cumulonimbus yang sangat cepat akibat adanya panas serta hujan yang berganti secara fluktuatif. Kondisi tersebut sering terjadi pada musim pancaroba menjelang kemarau yang akan berakhir pada pertengahan April.

"Sementara saat memasuki kemarau pada awal Mei nanti cuaca akan berangsur normal kembali," kata dia.

Menurut dia angin yang sering terjadi selama musim pancaroba menjelang kemarau saat ini memiliki kecepatan mencapai 40 hingga 60 km per jam, jauh melebihi kondisi normal yang rata-rata 10 km per jam.

Menurut dia dengan kecepatan angin tersebut mampu merobohkan pohon-pohon tua bahkan baliho sehingga perlu diwaspadai oleh masyarakat.

Adapun kategori wilayah yang paling rawan terjadi angin kencang, menurut pantauan BMKG ada di Kabupaten Sleman khususnya Kalasan serta sekitar Universitas Gadjah Mada (UGM), dan beberapa wilayah di Kota Yogyakarta, dan Bantul.

"Pada umumnya terjadi di wilayah dataran rendah dan terbuka dengan rata-rata terjadi pada sore hari," kata dia.

Menurut dia angin tersebut relatif masih aman apabila disertai dengan pemangkasan pepohonan yang terlalu rimbun dan tua.

"Selain perlu diwaspadai masyarakat, pemerintah kabupaten/kota terkait juga perlu menggalakkan pemangkasan pohon tua disertai peninjauan baliho yang rawan roboh," kata dia.

Sebelumnya, bencana angin kencang terjadi di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Rabu (25/3) sore.

Bencana itu mengakibatkan tiga orang meninggal dunia, yakni Theresia Krisnawati (50), Yulianti Tri Sutanti (56) serta Maria Magdalena Sukilah (40).

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015