Paris/Seyne-Les-Alpes (ANTARA News) - Seorang kopilot muda Jerman mengunci dirinya sendiri di kokpit pesawat Germanwings dan menerbangkan pesawat tersebut ke pegunungan, tampaknya dengan niat untuk menghancurkannya, kata seorang jaksa Prancis, Kamis.

Para penyelidik dan sanak saudara yang berduka cita bergulat untuk mendapatkan penjelasan soal apa yang menyebabkan Andreas Lubitz (28 tahun) membunuh seluruh 150 orang yang berada di pesawat Airbus A320, termasuk dirinya sendiri, dalam jatuhnya pesawat itu pada Rabu di pegunungan Alpen Prancis.

Para pejabat Prancis dan Jerman mengatakan tidak ada indikasi bahwa kecelakaan itu merupakan merupakan sebuah serangan teroris, namun mereka tidak memberikan penjelasan alternatif soal motif-motif Lubitz.

Lubitz mengambil kendali pesawat tersebut setelah sang kapten meninggalkan kokpit. Ia menolak membuka pintu dan membawa pesawat menurun fatal, kata jaksa Marseille Brice Robin.

Ia melakukan tindakan itu "untuk alasan yang saat ini belum dapat kita pahami namun tampaknya ia berniat untuk menghancurkan pesawat ini," kata Robin dalam konferensi pers di Marseille yang disiarkan langsung di televisi nasional.

Ketika menggambarkan saat-saat 10 menit terakhir para penumpang ketika pesawat meluncur dengan cepat menuju daerah pegunungan, Robin mengatakan rekaman suara dari salah satu kotak hitam menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka yang berada di pesawat tidak menyadari nasib mereka sampai saat terakhir.

Kepala perusahaan Lufthansa, perusahaan induk Germanwings, mengatakan awak-awak kabinnya dipilih secara hati-hati dan harus melalui pemeriksaan psikologis.

Perhatian dunia saat ini akan ditujukan pada alasan-alasan Lubitz.

Lubitz adalah warga negara Jerman yang bergabung dengan maskapai penerbangan murah pada September 2013 dan baru mengantongi 630 jam terbang --dibandingkan dengan 6.000 jam terbang yang dimiliki kapten sebagaimana biasanya.

Robin mengatakan tidak ada dasar untuk mencurigai bahwa Lubitz melakukan serangan teroris. "Bunuh diri" juga merupakan istilah yang tidak tepat untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang menewaskan begitu banyak orang, tambah sang jaksa. "Saya tidak akan menyebutnya sebagai bunuh diri ketika kita bertanggung jawab terhadap seratusan jiwa," demikian Reuters.

(UU/T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015