Jakarta (ANTARA News) - Bank Pembangunan Asia (ADB) sebagai penerima pembiayaan dari "Dana Iklim Hijau" yang bertujuan meningkatkan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, juga mendorong investasi serupa di negara-negara kawasan Asia-Pasifik.

"Menggabungkan keuangan konsesional Dana Iklim Hijau dengan pembiayaan, pengetahuan, dan pengalaman regional ADB akan mendorong iklim perubahan iklim yang dibutuhkan di Asia dan Pasifik," kata Presiden ADB Takehiko Nakao dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Lembaga Dana Iklim Hijau atau "The Green Climate Fund" didirikan pada 2010 di bawah Konvensi Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) sebagai wahana investasi global untuk perubahan iklim.

Selain itu, Dana Iklim Hijau juga dinilai bakal membantu negara-negara berkembang guna mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim.

Hingga saat ini, telah ada 32 negara yang berkomitmen memasukkan dana awal sebesar 10,2 miliar dolar AS, termasuk tujuh negara maju.

Sedangkan pihak yang menjadi kontributor terbesar antara lain adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris Raya, Prancis, dan Jerman.

"Penyebaran yang sukses dalam pembiayaan ini akan membantu menciptakan momentum untuk perubahan iklim yang diharapkan pada Desember dalam KTT UNFCCC di Paris, Prancis," kata Takehiko Nakao.

Apalagi, berdasarkan ADB, porsi gas rumah kaca yang dihasilkan Asia dapat meningkat dari 37 persen pada 2010 menjadi 46 persen pada 2035, tanpa adanya upaya agresif dalam mempromosikan pertumbuhan karbon rendah.

Pada 2014, ADB telah menyetujui pembiayaan terkait iklim sebesar lebih dari 3 miliar dolar AS, yang sekitar 75 persen untuk upaya mitigasi dan sekitar 25 persen untuk upaya adaptasi.

Sebelumnya, pemerintah Indonesia dinilai perlu mendorong restorasi kawasan perlindungan laut, yakni mengembalikan sistem lingkungan pada kondisi semula untuk menghadapi ancaman perubahan iklim dengan cuaca ekstrem.

"Restorasi sebagai upaya meningkatkan kapasitas adaptasi perubahan iklim supaya kerentanan lingkungan turun," kata Lektor Kepala Bidang Oseanografi Institut Pertanian Bogor Alan F Koropitan, dalam jumpa pers "Thamrin School of Climate Change and Sustainability" bertemakan "Maritim dan Perubahan Iklim: Potensi dan Ancaman Kedaulatan" di Jakarta, Kamis (26/3).

Menurut dia, perlindungan terhadap kawasan laut di sepanjang pantai bukan sekadar rehabilitasi untuk menutup kawasan, menanam mangrove atau transplantasi karang semata melainkan mengembalikan fungsi lingkungan pantai itu.


Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015