Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia memfasilitasi pembentukan Dewan Bisnis Indonesia-Brunei atau Brunei-Indonesia Business Council (BIBC) sebagai tindak lanjut pertemuan sekaligus penandantanganan MOU antara Brunei Darussalam National Chamber of Commerce & Industry (BDNCCI) dengan Kamar Dagang & Industri (KADIN) Indonesia pada awal Februari 2015.

"Kami sambut baik dan menghargai upaya Brunei Darussalam National Chamber of Commerce & Industry (BDNCCI) yang sangat pro-aktif menindaklanjuti rencana kerja sama bisnis antara kedua negara," kata Rudhito Widagdo, Minister Counsellor di Kedutaan Besar RI di Bandar Seri Begawan, dalam keterangan persnya yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.

"KBRI akan menjadi orang tengah dengan ikut memfasilitasi kegiatan promosi dan mengembangkan peluang bisnis, pengaturan saling kunjungan bisnis, pertemuan bisnis, pertukaran informasi bisnis, pameran, yang pada dasarnya untuk lebih merekatkan hubungan bisnis kedua bangs," tambah Rudhito.

Setelah pertemuan antarkedua asosiasi pengusaha kedua negara, Brunei Darussalam National Chamber of Commerce & Industry (BDNCCI) telah membentuk Task Force Committee yang anggota-anggotanya terdiri dari berbagai asosiasi bisnis di Brunei Darussalam.

Mereka meliputi Brunei Darussalam National Chamber of Commerce & Industry (BDNCCI), Federation of Brunei Malay Enterpreneurs, Brunei Chinese Chamber of Commerce, International Chamber of Commerce & Industry, Women's Business Council (WBC), ASEAN-Business Advisory Council, APEC Business Advisory Council, BIMP-EAGA Business Council, Riza Fudhlana Company, dan A&A Management & Training Service.

"Pembentukan Task Force Committee tersebut untuk mempersiapkan pendirian Brunei-Indonesia Business Council (BIBC), sesuai dengan isi MoU, yang bertujuan untuk mengidentifikasi peluang-peluang bisnis yang bisa dilakukan kerja sama dan memberikan kontribusi dalam membangun kontak bisnis dalam rangka meningkatkan kerja sama ekonomi/perdagangan kedua negara," kata Rudhito

Dengan melimpahnya kemampuan dan sumber daya alam yang dimiliki, Indonesia siap bekerjasama secara lebih efektif dan efisien. "Namun demikian, tentunya perlu disusun skala prioritas dalam pengembangan bisnis secara berkesinambungan, melakukan langkah-langkah promosi secara terencana dan terarah, dan sekaligus mengidentifikasi peluang-peluang bisnis serta produk-produk yang mempunyai potensi untuk memasuki pasar global," tambah dia

Nilai perdagangan antara Brunei Darussalam dengan Indonesia dalam lima tahun terakhir (2009-2014) nampak mengalami fluktuasi yang naik turun. Pada 2009, tambahnya, total nilai perdagangan kedua negara mencapai 1.207,3 juta dolar AS, kemudian menurun pada tahun 2010 menjadi 948,2 juta dolar AS dan naik kembali pada tahun 2011 menjadi 1.159,2 juta dolar AS.

Penurunan kembali terjadi pada 2012 menjadi 675,6 juta dolar AS dan pada tahun 2013 nilai perdagangan kedua negara kembali meningkat menjadi 863,5 juta dolar AS atau naik 27,8 persen.

Pewarta: Adi Lazuardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015