... sasaran kriminalisasi. Orang boleh saja dipenjara tapi rakyat tidak bisa dipenjara...
Makassar (ANTARA News) - Bertempat di situs bersejarah, Benteng Rotterdam, Makassar, ribuan orang menghadiri Festival Anti Korupsi yang digagas Masyarakat Anti Korupsi (Mars) Sulawesi Selatan, Sabtu malam.

Hadir pula Ketua KPK non aktif, Abraham Samad, koordinator Nasional Save KPK, Dadang Trisasongko, budayawan yang juga mantan anggota DPR, Asmin Amin, dari akademisi, Alwi Rahman, dan Prof Kasim Mahtar.

Pada kesempatan itu Samad didaulat membacakan puisi terkait persoalan korupsi, sementara undangan lainnya membacakan testimoni termasuk pimpinan lain non aktif KPK, Bambang Widjojanto, yang berhalangan hadir melalui rekaman.

"Penguasa menggunakan melakukan tindakan hegemoni untuk menguasai pri-kehidupan kemasyarakatan yang ditopang kekuasaan parlemen. Sikap dan perilaku korupsi dinikmati rezim penguasa dan sebagian rakyat," kata Widjojanto, dalam rekaman testimoni.

Dia kembali melanjutkan "Korupsi direkayasa secara sosial. Korupsi seakan penggerak pembangunan. Tidak boleh ada penegakan hukum tanpa proses peradilan yang adil. Harus disingkirkan karena ia tidak boleh hadir," ucapnya.

Sementara Trisasongko dalam kesaksiannya mengatakan, betapa mengakar praktek suap di Indonesia. Apapun produk hukum di Indonesia, 30 persennya diserahkan ke komponen penegak hukum.

"Kalau anak muda masih memilih yang korup, maka silahkan menjadi korban. Kalau penegak hukumnya korup yang lainnya akan ikutan korup. Saat KPK bekerja serius maka akan ada perlawanan," paparnya.

Apa yang terjadi di KPK, lanjutnya, itu salah satu indikasi bahwa KPK bekerja tepat dan masuk ke jantung KPK.

"AS dan BG adalah sasaran kriminalisasi. Orang boleh saja dipenjara tapi rakyat tidak bisa dipenjara," ujarnya.

Sedangkan Prof Kasim Mahtar menyatakan dalam testimoninya, ada kaitannya gelap dengan masa datang yang gelap, hanya yang bersih sanggup bicara tentang korupsi. Untuk berdiri dan melawan koruptor harus ada keberanian.

"Hanya yang bersih dan berani dapat melawan korupsi. Orang luar biasa pula yang dipercaya memberantas korupsi yang terletak pada kebersihan dan keberanian. Kita bisa bersih tapi kalo diam, korupsi akan menginjak-injak kita," tegasnya..

Ia juga menyebut yang terindikasi dan sedang melakukan korupsi selalu mengalihkan pemberantasan korupsi di luar pemberantasan korupsi. Setiap KPK masuk, KPK dikriminalisasi dan terjadilah hiruk pikuk.

"KPK berhadapan dengan bandit koruptor dengan pistol yang sudah siap di tangan. Tak ada gunanya KPK hadapi koruptor kalau bukan singa tapi hanya kucing," tambahnya.

Pewarta: Darwin Fatir
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015