Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem
Kupang (ANTARA News) - Umat dalam Gereja Katolik sedunia, termasuk gereja-gereja Katolik di wilayah Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), merayakan Minggu Palma pada hari ini untuk mengenang masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum disalibkan.

Minggu Palma adalah hari peringatan dalam liturgi gereja Kristen Katolik yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah," kata Romo Stefanus Mau, Pr, ketika memimpin Perayaan Liturgi dan Ekaristi, di Stasi St Hendrikus Binilaka, Paroki St Yoseph Pekerja Penfui, kepada Antara di Kupang, Minggu.

Selain itu, kata Kepala SMAK Giovanni Kupang itu, dalam tradisi gereja Katolik, perayaan Minggu Palma ini adalah sebuah peristiwa iman yang sangat istimewa karena sebagai pembuka pekan suci sebelum Yesus mati dan bangkit dari kematian-Nya di kayu salib.

Perayaan ini, kata Romo Stef, merujuk kepada peristiwa yang dicatat pada empat Injil, yaitu Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19.

Dalam perayaan yang dimeriahkan koor dari Kelompok Umat Basis (KUB) Sta Maria Rossa Mistica Stasi St Xaverius Naimata Kota Kupang ini umat dibagikan daun-daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian dari kesyahidan yang diasosiasikan dengan kejayaan Kristus memasuki kota Yerusalem dengan seekor keledai.

"Masuknya Yesus Kristus ke kota suci Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya sebelum Yesus mati dan bangkit dari kematian. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem," katanya.

Dalam liturgi Minggu Palem, umat dibagikan daun palem dan ruang gereja dipenuhi ornamen palem.

Saat itu katanya umat mengeluk-elukan dengan palem di tangan saat Yesus memasuki kota Yerusalem sebelum disalibkan oleh para serdadu Yahudi, sampai akhirnya wafat dan bangkit pada hari ketiga yang dikenang umat kristiani sejagat sebagai Hari Raya Paskah.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015