Minggu Palma disebut sebagai pembuka pekan suci yang dimulai dari perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci yang berfokus pada pekan terakhir Yesus masuk Kota Yerusalem
Kupang (ANTARA News) - Umat Katolik mulai memasuki pekan suci yang ditandai dengan perayaan Minggu Palma untuk mengenang Yesus masuk ke Kota Yerusalem 2.000 tahun lampau sebelum wafat di kayu salib.

"Minggu Palma disebut sebagai pembuka pekan suci yang dimulai dari perayaan Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci yang berfokus pada pekan terakhir Yesus masuk Kota Yerusalem," kata Romo Stefanus Mau, Pr, kepada Antara, di Kupang, Minggu, usai memimpin Perayaan Ekaristi Minggu Palem, di Stasi St Hendrikus Binilaka, Paroki St Yoseph Pekerja Penfui, Kupang.

Ia mengatakan pada Minggu Palma, gereja tidak hanya mengenang peristiwa masuknya Yesus ke kota Yerusalem melainkan juga mengenang akan kesengsaraan Yesus yang akan dirayakan pada pekan suci yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Alleluya dan Minggu Paskah.

Karena itu, katanya Minggu Palma juga disebut sebagai [Minggu Sengsara]. Dan dalam tradisi peribadahan gereja, setelah umat melakukan prosesi daun palem (melambai-lambaikan daun palem), dilanjutkan dengan pembacaan kisah-kisah sengsara Yesus yang diambil dari Injil yang dibacakan oleh petugas.

"Memang kisah-kisah ini akan dibacakan ulang dalam liturgi [Jumat Agung] akan tetapi pemaknaannya berbeda," katanya.

Pembacaan kisah sengsara Yesus dalam liturgi Minggu Palma dimaksudkan agar umat mengerti bahwa kemuliaan Yesus bukan hanya terletak pada kejayaan-Nya memasuki Yerusalem melainkan pada peristiwa kematian-Nya di kayu salib.

Ia mengatakan Pekan Suci dalam tahun Kristen adalah masa satu minggu tepat sebelum hari Paskah.

Rujukan tertua terhadap kebiasaan untuk menandai minggu ini secara keseluruhan dengan perayaan-perayaan khusus ditemukan dalam Konstitusi Rasuli (ayat 18, 19), yang berasal dari paruhan yang belakangan dari abad ke-3 M.

Pada masa ini katanya orang-orang Kristen diperintahkan untuk berpantang anggur dan daging selama hari-hari ini, sementara pada hari Jumat dan Sabtunya mereka berpuasa penuh.

Dionisius Alexandrinus misalnya dalam surat kanoniknya (260 M), merujuk kepada keenam hari puasa itu dan menyiratkan bahwa pada masanya itu masyarakat telah terbiasa untuk melaksanakannya.

"Ada yang menyatakan bahwa perintah untuk berpantang melakukan kegiatan dalam masyarakat selama tujuh hari tepat sebelum Minggu Paskah dan juga tujuh hari sesudahnya berasal dari Konstantin," katanya.

Namun, Codex Theodosianus, katanya memerintahkan bahwa semua tindakan yang berkaitan dengan hukum harus dihentikan dan pintu-pintu gedung pengadilan ditutup selama 15 hari itu.

Tentang hari-hari tertentu dari "minggu yang besar" itu, yang pertama menjadi sangat menonjol adalah hari Jumat Agung.  Berikutnya adalah Sabtu Magnum (Sabtu Sunyi atau Malam Paskah) yang dirayakan oleh umat yang tidak tidur semalaman.

Di kalangan gereja perdana hari ini dihubungkan dengan pengharapan akan advent yang kedua Yesus Kristus yang diyakini akan terjadi pada suatu Minggu Paskah.

Pewarta: Hironimus Bifel
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015