Paris (ANTARA News) - Wanita Prancis yang cedera akibat serangan pada 18 Maret lalu di museum nasional Tunisia akhirnya meninggal, kata Presiden Prancis Francois Hollande pada Sabtu, membuat jumlah korban tewas dalam insiden itu menjadi 22 orang.

"Presiden Republik ini mengungkapkan kesedihan mendalam menyusul kematian nyonya Huguette Dupeu, yang luka parah akibat serangan itu, yang juga merenggut nyawa tiga warga lain Prancis, di Tunis," kata pernyataan presiden tersebut.

Selain keempat warga Prancis itu, 17 wisatawan asing lain dan satu polisi Tunisia juga tewas akibat kelompok bersenjata yang menyerbu museum nasional Bardo di ibukota itu dalam serangan berani, yang didaku kelompok Negara Islam.

Hollande dijadwalkan hadir dalam "berbaris melawan terorisme" di Tunis pada Minggu untuk menghormati para korban tersebut.

Tunisia pada Kamis menyatakan menahan 23 tersangka terkait serangan tersebut.

"Duapuluh tiga tersangka, termasuk seorang perempuan, ditangkap sebagai bagian dari sel kelompok teroris, yang terlibat dalam penyerangan itu," kata Menteri Dalam Negeri Najem Gharsalli kepada wartawan.

Ia menambahkan bahwa 80 persen sel itu bubar.

Semua tersangka itu warga Tunisia, katanya, dengan menambahkan bahwa seorang warga lain Tunisia, dua warga Maroko serta seorang warga Aljazair -yang dicurigai sebagai anggota kelompok tersebut-lari.

Warga Tunisia bernama Maher Ben Mouldi Kaidi sebelum ini dicurigai sebagai penyedia senjata otomatis untuk dua tersangka, yang menembaki wisatawan itu.

Menteri itu menyatakan penyerangan tersebut didalangi warga Aljazair bernama Lokmane Abou Sakhr, salah satu pemimpin jaringan Alqaida, Brigade Okba Ibn Nafaa, kelompok utama bersenjata asal Tunisia, yang bergerak di sepanjang perbatasan dengan Aljazair.

Meskipun demikian, tanggungjawab penyerangan itu didaku pesaing Alqaida, kelompok Negara Islam.

"Pada saat ini, kami belum bisa menyebut nama (kelompok yang bertanggungjawab)," kata Gharsalli, "Yang pasti adalah ada hubungannya dengan Okba Ibn Nafaa."

Perdana Menteri Tunisia memecat para kepala polisi di ibu kota itu ketika negara itu berusaha memperbaiki industri pariwisatanya sesudah serangan pegaris keras tersebut.

Habib Essid mencopot kepala polisi Tunis dan kepala polisi kawasan di sekitar museum nasional Bardo sesudah menemukan sejumlah "kelemahan" dalam bidang keamanan, demikian AFP melaporkan.

(B002/T008)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015