Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Republik Indonesia bertekad dan terus mengupayakan berbagai cara untuk menyelamatkan Warga Negara Indonesia (WNI) yang hingga kini masih terjebak di Yaman yang sedang didera konflik bersenjata.

"Saya baru bicara dengan Menlu tentang bagaimana mengeluarkan (WNI dari Yaman)," kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin.

Menurut Jusuf Kalla, hal yang dibicarakan termasuk melewati jalur apa pemerintah dapat mengeluarkan WNI dari Yaman, baik itu melewati udara, darat, maupun laut.

Sedangkan sejumlah rute jalur pengeluaran, lanjutnya, juga masih terus dibahas dengan intensif seperti apakah melewati Arab Saudi, Oman atau Dubai di negara Uni Emirat Arab.

Pemerintah Indonesia juga terus berupaya memproses evakuasi WNI kembali ke dalam kondisi aman mengingat pertikaian yang terjadi di Yaman antara milisi Houthi dan prajurit Presiden Mansour Hadi yang didukung negara-negara Arab kian berkobar.

Di tempat terpisah, Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa evakuasi WNI dari Yaman akan diintensifkan mengingat situasi politik dan keamanan yang semakin tidak kondusif di negara tersebut.

"Dari situasi yang berkembang saat ini di Yaman, bahwa ini adalah (saatnya untuk) intensifikasi evakuasi WNI di Yaman," kata Menteri Luar Negeri RI Retno L.P. Marsudi di Jakarta, Senin (30/3).

Menlu Retno menyebutkan bahwa sampai sekarang ini ada sekitar 4.159 WNI di Yaman, yang terdiri dari 2.626 mahasiswa, 1.488 pekerja profesional yang bekerja untuk perusahaan gas dan minyak, serta 45 orang staf KBRI di Sanaa beserta keluarganya.

"Dari jumlah WNI itu sebagian besar bertempat tinggal di bagian sebelah timur Yaman," ujar dia.

Retno juga mengungkapkan bahwa sejak Februari lalu, Pemerintah Indonesia melalui Satuan Tugas Evakuasi yang dibentuk Kemlu RI sudah melakukan pengumuman dan pendekatan kepada para WNI di Yaman untuk pendaftaran evakuasi.

Evakuasi dan pemulangan pertama para WNI dari Yaman telah dilakukan pada Maret lalu. Sejauh ini sebanyak 148 WNI sudah dipulangkan kembali ke Indonesia. 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015