Jakarta (ANTARA News) - Kesulitan penyandang autisme dalam bersosialisasi tak ayal memunculkan mitos kalau mereka tidak memiliki emosi, perasaan atau kemampuan mencintai.

Padahal, menurut neurolog pediatrik dari Child Mind Institute di New York, Dr. Michael Rosenthal, kebanyakan anak yang menyandang autisme memiliki keinginan yang kuat berteman. Hanya saja, memang mereka tak mempunyai kemampuan bersosialisasi.

"Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan saat ada yang berkata "hai" pada mereka atau ada yang ingin bermain permainan berbeda dari yang mereka suka," ujar Rosenthal seperti dilansir Medical News Today.

"Mereka merespon dengan kikuk," tambah dia. Kesulitan bersosialisasi ini di antaranya terlihat dari tak mampu nya mereka melakukan kontak mata, berempati pada orang lain, menolak kontak fisik, sulit memulai percakapan dan sulit mengekpresikan emosi atau perasaan.

Rosenthal mengatakan, seiring anak dengan autisme tumbuh dewasa, kesulitan ini akan tetap ada dan membuat mereka semakin terisolasi.

"Seiring berjalannya waktu, anak-anak ini (penderita autisme) berhenti mencari teman karena gagal membuat hubungan pertemanan dan ini membuat mereka merasa tak nyaman," kata Rosenthal.

Kemudian, sementara penyandang autisme lainnya kesulitan berteman, beberap lainnya justru berhasil membangun hubungan pertemanan. Hasil survei yang dilakukan National Autistic Society (NAS) di Inggris pada 2012 lalu menunjukkan, 22 persen penyandang autisme berusia muda sama sekali tak mempunyai teman.

Lalu 65 persen partisipan mengaku tak ingin memiliki lebih banyak teman. Mengenai hal ini, maka diagnosa dini dan intervensi dapat meningkatkan kesempatan para penyandang autisme berteman dan membangun hubungan.

Salah satu yang dapat dilakukan ialah membantu membangun kepercayaan diri mereka dan meningkatkan pemahaman mereka tentang orang lain. Pihak dari Johns Hopkins School od Education menyatakan, anak-anak dan orang dewasa penyandang autisme mampu mempelajari kemampuan bersosialisasi melalui instruksi yang diberikan secara individu.

Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015