Jangan sampai cucu lu nggak tahu kesenian Betawi
Jakarta (ANTARA News) - Jumat (4/4) pagi, keluarga seniman Betawi kehilangan sosok perempuan yang biasa mereka mintai pendapat, Mpok Nori.

"Sedih banget, nggak bisa lihat dia teriak-teriak nimpalin Bolot," kata pegiat lenong dan topeng Betawi Omas Wati, saat melayat Mpok Nori di rumahnya di Bambu Apus.

Nori binti Kenan menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Pasar Rebo pukul 08.00. WIB Ia dilarikan ke rumah sakit karena penyakit asma, yang dideritanya sejak lama, kambuh.

Omas terkenang, tahun 80an, ia mengudara di sebuah stasiun radio dan tidak sengaja mengucap sesuatu yang kurang pantas.

"Ngomong apa sih lu tadi?" kata Omas meniru teguran Mpok Nori kala itu.

Mak Nori selalu berpesan untuk menjaga etika ketika melawak. Tahun 80an mereka para seniman Betawi lebih sering mengudara di radio karena belum banyak stasiun televisi. 

"Jaga omongan. Suatu saat masuk televisi, jadi sudah biasa," kata Omas.

Omas mengenang, sosok yang ia anggap ibunya sendiri itu adalah perempuan dengan semangat juang yang tinggi.

Omas mengenal perempuan kelahiran 1931 itu melalui orang tuanya. Ayah Omas, H. Naih Jiun adalah pemilik sebuah grup kesenian Betawi, tempat Mpok Nori bergabung.

Misalnya saja, kenang Omas, saat itu belum lazim orang memiliki kendaraan bermotor, Mak Nori memikul sendiri peralatan yang diperlukan untuk tampil di panggung.

Semangat juang Mpok Nori yang tinggi juga dilihat oleh rekan seperjuangannya, Bolot. Apalagi Mpok Nori merupakan tulang punggung keluarga.

"Semangat dia, wah, udah nggak ada yang nyamain. Semangat benar," kata Bolot.

Pembawa acara Andre Taulany mengenang  Mpok Nori sebagai sosok yang sangat profesional, tetap bekerja meskipun kondisi tubuhnya sedang tidak sehat.

Mpok Nori pun dinilainya sebagai orang yang berdedikasi tinggi untuk seni Betawi.

"Sampai akhir hayatnya pun masih berkegiatan," kata Andre.

Mastur, adik Omas, mengatakan Mpok Nori sebagai orang yang kreatif, tidak bisa diam dan kerap memberi masukan kepada sesama seniman.

"Nggak pelit sama ilmu," kata Mastur.

Pelawak Tarzan yang juga hadir untuk mengantar kepergian Nori di usia 84 tahun menyebutnya sebagai perempuan yang tangguh.

"Presiden ada wakilnya, Mpok Nori nggak ada wakilnya," kata Tarzan.

 

Regenerasi seni

Kepergian Mpok Nori membuat Omas bertanya-tanya, kepada siapa lagi ia bisa meminta saran sepeninggal orang yang selama ini dituakan di seni Betawi.

"Sekarang senior nggak ada, nyarinya susah lagi. Galinya ke siapa lagi. Saya juga kebingungan," kata Omas.

Teman seangkatan Mpok Nori, antara lain H. Bodong dan H. Bokir sudah lebih dulu dipanggil Yang Maha Kuasa.

Nori pernah berpesan padanya untuk menjaga kesenian Betawi.

"Siapa lagi kalau bukan lu pada," kata Omas menirukan ucapan Nori.

Nori selalu ingin seni Betawi menjadi yang nomor satu. Omas berpendapat cukup sulit mewujudkannya, mengingat perlu ada kerja sama yang kuat mulai dari sesama warga Betawi, pemerintah dan lembaga lainnya.

“Jangan sampai cucu lu nggak tahu kesenian Betawi,” pesan Nori pada Omas kala itu.

Bolot cukup yakin masih akan ada yang meneruskan seni Betawi. Mpok Nori juga mendirikan sanggar untuk belajar tari Betawi, misalnya.

"Insya Allah penerusnya ada. Seniman Betawi walaupun sudah nggak ada, tapi semangatnya tetap ada," kata Bolot.

Demi melestarikan kesenian Betawi, Omas beberapa tahun belakangan mendirikan grup "Letop", Lenong dan Topeng Betawi, di rumahnya di daerah Depok, Jawa Barat.

"Pesan Mak Nori, harus melanjutkan, jangan sampai kalah sama kesenian luar. Saya punya grup, akan saya usahakan," kata Omas.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015