Yesus, dia dilahirkan hanya untuk menderita. Banyak yang menganggap itu sebagai nasib
Jakarta (ANTARA News) - Ribuan umat Katolik diajak merenungi makna penderitaan saat melakukan ibadah Jumat Agung di Gereja Katedral Jakarta, Jumat malam.

Dalam merenungkan salib Tuhan, Romo Toto Yulianto dalam khotbahnya, umat diajak untuk mengingat dan merasakan bahwa hidup ini perjalanan. "Ada banyak orang menganggap salib sebagai sebuah nasib. Ada yang lain lagi menganggap salib sebagai sebuah misteri. Ada orang menganggap semua penderitaan dalam hidup sebagai salib, tetapi ada juga yang menganggap sebagai nasib," kata Romo Toto.

"Yesus, dia dilahirkan hanya untuk menderita. Banyak yang menganggap itu sebagai nasib," tambah Romo Toto.

Namun, lanjutnya, apabila melihat lebih jauh dari Yesus, Yesus adalah hamba yang menderita tetapi justru di sana terdapat suatu misteri, yakni kehendak alam untuk menyelamatkan umatnya.

"Salib senantiasa berhubungan erat dengan kebangkitan. Penderitaan hanya akan jadi nasib kalau kita tidak bangkit, tidak menemukan makna di dalamnya, dan berhenti pada penderitaan itu saja," ujar Romo Toto.

Menurutnya, ketika seseorang berhadapan dengan penderitaan sering sekali dengan mudah menganggap "saya sedang memanggul salib".

"Salib adalah satu rasa suka cita. Kalau kita tidak menemukan suka cita maka di sana lah nasib, kalau menemukan suka cita di sana lah salib kristus yang kita pangku," jelasnya.

Pada Paskah 2015, Katedral mengambil tema "Tiada Syukur Tanpa Peduli". Tema ini merupakan perwujudan dan pengembangan lebih lanjut Arah Dasar Keuskupan Agung Jakarta di tahun 2015, yaitu sebagai Tahun Syukur.

Tema tersebut mengundang umat untuk menjadi pribadi yang semakin berani berkontribusi terhadap kehidupan bersama. 

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015