Dubai (ANTARA News)) - Presiden Hassan Rouhani telah muncul dengan jaya di dalam negeri dan di luar negeri, membawa Iran dari dingin dengan menggunakan pragmatismenya untuk mencoba dan mengakhiri sanksi-sanksi yang membelit dan dekade permusuhan dengan Barat melalui detente dan diplomasi.

Iran dan kekuatan-kekuatan dunia mencapai persetujuan kerangka kerja pada Kamis mengenai pengekangan program nuklir Iran selama sedikitnya satu dekade, suatu langkah menuju pakta terakhir yang dapat mengakhiri aksi-aksi yang menyerempet bahaya, ancaman dan konfrontasi selama 12 tahun.

Jikalau persetujuan itu membawa hasil perjanjian komprehensif pada Juni, popularitas Rouhani akan berkembang bahkan lebih berkembang, memberinya modal politik untuk menghadapi rintangan-rintangan yang dibuat kelompok garis keras terhadap janji-janjinya bagi reformasi sosial dan politik di republik itu.

Ulama yang berusia 66 tahun itu yang pernah menjadi perunding ulung soal nuklir, Rouhani menolak pandangan bahwa pragmatismenya merupakan pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip dasar pendiri republik itu.

"Moderat tak berarti menyimpang dari prinsip-prinsip dan bukan konservatif menghadapi perubahan dan pengembangan," kata dia singkat setelah kekalahan para pesaing konservatifnya yang mengejutkan dalam pemilihan pada 2013.

Rouhani juga tampaknya sadar bahwa perlu waktu untuk memenuhi janji-janji kampanyenya. "Moderasi ... merupakan pendekatan aktif dan sabar dalam kemasyarakatan supaya jauh dari jurang ekstrimisme," kata dia.

Jika satu persetujuan komprehensif tercapai pada Juni, Barat akan mencabut sanksi-sanksi perdagangan dan keuangan yang melemahkan ekonomi Iran sebagai ganti pembatasan aktivitas atomnya.

Barat menyatakan pekerjaan Iran tersebut mungkin bertujuan untuk membangun senjata tetapi Teheran menyatakan hal itu untuk maksud-maksud damai.

Kerumunan orang-orang mengelu-elukan para perunding Iran pada Jumat ketika mereka kembali ke Teheran setelah menyetujui kerangka kerja persetujuan itu, kata kantor-kantor berita Iran.

Puluhan orang menyapa Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif dan timnya ketika mereka meninggalkan bandar udara Mehrabad Teheran kembali dari negosiasi di Lausanne, Swiss, kantor berita ISNA melaporkan.

"Viva Zarif! Viva Aragachi!" teriak kerumunan tersebut merujuk kepada Menlu Zarif dan salah seorang perunding utama Abbas Araghchi.

Dalam sambutan singkat di bandara itu, Zarif memuji pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei atas dukungannya bagi tim perunding dan bimbingannya dalam pembicaraan tersebut, kata kantor berita resmi IRNA.

Menanggapi kelompok garis keras Iran yang menentang tiap persetujuan yang akan membatasi aktivitas nuklir Teheran, Zarif mengatakan pekerjaan masih ada untuk merampungkan persetujuan itu sebelum batas waktu 30 Juni.

"Serangkaian solusi ini akan menjadi basis bagi penulisan dokumen akhir," kata dia. "Dalam perundingan, satu pihak tak harus mengambil semua manfaat dan pihak lain menyerah."

"Kami bangga karena kami tidak pernah menyerah ... tetapi untuk memperoleh keuntungan yang kami peroleh, sebaliknya kami akan memberi jadi kami dapat bergerak terus," ujar dia.

"Kami punya capaian serius dalam negosiasi dan akhirnya atas dasar apa yang telah kami capai sejauh ini, kami yakin kami dapat mencapainya," tambah dia. Demikian laporan AFP dan Reuters.

(Uu.M016)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015