Banjarmasin (ANTARA News) - Fenomena alam terjadinya gerhana bulan total, Sabtu malam, disikapi oleh sebagian warga Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dengan melaksanakan shalat sunah gerhana yang belakangan mulai ditinggalkan oleh umat Islam setempat.

Dari pantauan Antara, di antara jamaah yang melaksanakan shalat sunah gerhana seperti di salah satu tempat ibadah tertua di Banjarmasin, Masjid Jami Sungai Jingah.

Kemudian jamaah di Masjid Hasanuddin Majedi Kayu Tangi, salah satu tempat ibadah termegah di Jalan Brigjen Hasan Basri dan Masjid Raya Sabilal Muhtadin yang menjadi kebanggaan warga Banjarmasin.

Sebagaimana diketahui, dalam Islam, Rasulullah mengajarkan shalat gerhana ketika terjadi fenomena alam gerhana. Shalat sunah inilah yang mulai ditingalkan oleh umat Islam.

Seperti tertuang dalam Sabda Nabi Muhammad SAW, yang berbunyi "Jika kalian melihat gerhana (matahari atau bulan), maka bersegeralah untuk melaksanakan shalat (HR Bukhari).

Caranya adalah shalat sunah dua rakaat dan setiap rakaat ada dua kali rukuk, dua kali sujud.

Gerhana bulan terlihat jelas di langit Banjarmasin sejak sekitar pukul 16.00 hingga 20.00 Wita yang tampak total. Fenomena langka yang terjadi cukup lama tersebut disaksikan warga dengan duduk-duduk di depan rumah.

Salah seorang warga Sungai Andai Banjarmasin Utara M Khairil mengaku mengetahui terjadinya gerhana itu melalui media, dan dia tidak ingin melewatkan momen tersebut untuk menyaksikannya.

"Sangat indah gerhana bulan malam ini, sebagian besar warga melihatnya dalam cuaca cerah," kata dia.

Dalam sebuah penjelasan ilmu pengetahuan, gerhana bulan terjadi saat bulan melewati bayangan bumi. Biasanya, karena orbit yang miring, bulan hanya lewat di atas atau di bawah bayangan bumi.

Saat terjadi gerhana bulan total, pembiasan cahaya matahari pada bulan menjadi semerah darah. Karena itu, gerhana bulan total biasa dikenal dengan blood moon, atau gerhana merah darah.

Pewarta: Sukarli
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015