Jakarta (ANTARA News) - Anggota Komisi XI DPR Andreas Eko Susetyo mempertanyakan kemampuan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk untuk menjadi bank yang fokus pada pembiayaan perumahan (mortgage bank).

Terlebih untuk masuk ke rencana program satu juta rumah yang dicanangkan pemerintah, katanya saat rapat dengar pendapat di Jakarta, Selasa.

"Keputusan politik di DPR sudah menyebutkan bahwa BTN sebagai bank yang harus membiayai perumahan. Tetapi, ini harus juga diimbangi dengan kemampuan sumber dana BTN," ujar Andreas.

Menurut Andreas, saat ini dibutuhkan lembaga yang kuat untuk membiayai sektor perumahan yang semakin dibutuhkan oleh masyarakat.

Apalagi kini, lanjut Andreas, kenaikan harga tanah dan bahan baku properti selalu bergerak mengikuti laju peningkatan inflasi.

Kinerja keuangan Bank BTN sendiri pada 2014 mengalami penurunan laba bersih menjadi Rp1,12 triliun atau menurun sebesar 28,59 persen dibanding 2013.

"Beban bunga di 2014 naik 42 persen, sehingga laba BTN turun," ujarnya.

Andreas menilai permasalahan utama pada kinerja Bank BTN tersebut yakni karena adanya kesulitan bagi perseroan untuk menghimpun dana pihak ketiga.

"Karena posisi BTN di Buku 3, maka persaingannya sangat ketat," katanya.

Selama ini, dana murah perbankan lebih banyak dikuasai oleh oleh bank BUKU 4, yakni PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk.

"Dengan begini, bagaimana BTN bisa mengatasi kelemahan ini? Terkait dengan penghimpunan dana pihak ketiga. Dan, bagaimana bisa mengimbangi bank-bank yang lain?" katanya.

Ia menyarankan agar Bank BTN mengubah model bisnis yang sejalan dengan fokus utama perseroan di pembiayaan perumahan kelas menengah ke bawah, bukan hanya dengan menambah modal atau mencari dana di pasar," ujar Andreas.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015