Washington (ANTARA News) - Bank Dunia siap berbagi pengalaman dengan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang diusulkan Tiongkok dan Bank Pembangunan Baru yang didirikan oleh negara-negara BRICS, kata Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim.

Bank-bank multilateral baru bisa membantu menjembatani kesenjangan pembiayaan di berbagai bidang seperti infrastruktur, energi, dan air, kata Kim dalam pidato yang disampaikan di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Selasa, sebelum pertemuan musim semi Bank Dunia/IMF yang akan digelar pekan depan.

"Kami memperkirakan bahwa dunia membutuhkan tambahan sebesar satu hingga 1,5 triliun dolar AS setiap tahun untuk diinvestasikan dalam infrastruktur -- jalan, jembatan, kereta api, bandara, dan pembangkit energi. Pada 2030, kami kemungkinan besar juga membutuhkan 40 persen lebih banyak energi dan menghadapi kekurangan 40 persen air -- tekanan yang mungkin jauh lebih dipercepat oleh perubahan iklim," kata dia, seperti dikutip Xinhua.

Dengan lingkungan, tenaga kerja dan standar pengadaan yang tepat, bank-bank pembangunan baru memiliki potensi untuk menjadi kekuatan baru yang besar dalam pembangunan ekonomi negara-negara miskin di pasar negara berkembang, kata Kim.

Bank Dunia akan membahasnya dengan para pejabat Tiongkok dan lainnya tentang kolaborasi antara Bank Dunia dan AIIB selama pertemuan musim semi minggu depan, katanya menambahkan.

Dalam konferensi jarak jauh yang diadakan pada Senin malam, kepala Bank Dunia membuat pernyataan yang sama, mengatakan meskipun diskusi AIIB masih dalam tahap awal, Bank Dunia sedang mempertimbangkan kerja sama masa depan dengan bank baru, kolaborasi tersebut akan mendukung pembangunan ekonomi dan manfaat bagi orang miskin dan paling rentan.

Dalam konferensi tersebut, Kim mengungkapkan harapan ketika AIIB mulai berjalan, bisa berpartisipasi dalam Fasilitas Infrastruktur Global yang dipimpin Bank Dunia, sebuah platform global yang akan memfasilitasi persiapan dan penataan infrastruktur kompleks Public-Private Partnerships dan memobilisasi sektor swasta serta modal investor institusional.

Ketika diminta untuk mengomentari masalah ini bahwa Amerika Serikat tidak bergabung dengan AIIB, Kim mengatakan bahwa "Anda dapat memperkirakan akan ada kesepakatan dan ketidaksepakatan (antara AS dan Tiongkok)."

Dia mengambil kesepakatan perubahan iklim yang kedua negara capai pada November, sebagai percontohan positif bagi kolaborasi antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia.

Dalam pidatonya Selasa, Kim juga meminta lebih banyak upaya untuk membantu hampir satu miliar orang yang hidup dengan kurang dari 1,25 dolar AS per hari untuk keluar dari kemiskinan.

Dalam rangka untuk mengakhiri kemiskinan ekstrim, ia mengatakan negara-negara harus memberikan prioritas terhadap isu-isu, seperti meningkatkan produktivitas pertanian, membangun infrastruktur yang menyediakan akses ke energi, irigasi, dan pasar, promosi lebih besar dan perdagangan lebih bebas, investasi dalam kesehatan serta pendidikan perempuan dan anak-anak, dan menerapkan jaring pengaman sosial serta memberikan asuransi sosial.

(Uu.A026)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015