Kami ini hanya petani, tak ada lagi yang bisa kami lakukan selain berharap keringanan agar anak kami tidak di penjara,"
Pekanbaru (ANTARA News) - Tiar Sitanggang (48), ibu kandung dari Mario Steven Ambarita (21) yang merupakan penyusup pesawat Garuda Indonesia rute Pekanbaru tujuan Jakarta berharap anaknya agar tidak dipidana.

"Kami ini hanya petani, tak ada lagi yang bisa kami lakukan selain berharap keringanan agar anak kami tidak di penjara," kata Tiar ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Rabu.

Atas aksi yang dilakukan Mario, ia mengaku bahwa aksi tersebut adalah salah, namun ia sangat berharap keringanan dari Kepolisian agar tidak memidanakan anak pertamanya itu.

Ia mengatakn bahwa sangat ingin bertemu anaknya yang saat ini sedang dalam proses pemeriksaan di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang Banten, namun atas alasan biaya ia hanya bisa berdoa.

Hingga kini, Tiar mengaku belum dihubungi oleh otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru atau pihak terkait dengan apa yang telah dilakukan anaknya tersebut.

"Belum ada dihubungi oleh orang bandara saya pak," ujarnya.

Lebih lanjut, Tiar mengatakan bahwa anaknya dikenal sebagai anak yang baik dan aktif di lingkungan sekitar rumahnya, hingga ia sangat terkejut dengan aksi nekat tersebut.

Mario yang merupakan warga asal Rokan Hilir, Riau, ditemukan petugas bandara saat pesawat parkir di Bandara Soetta, Banten, Mario berjalan terhuyung-huyung. Kondisi fisiknya sangat lemah. Petugas langsung membawanya ke klinik kesehatan terminal 2 Bandara. Dia juga sempat ditahan sementara di Polres Bandara untuk pemeriksaan.

Aksi nekat Mario Steven Ambarita menghebohkan publik pada Selasa lalu (7/4), setelah pria berusia 21 tahun itu membobol keamanan ketat Bandara SSK II Pekanbaru untuk masuk ke ruang roda belakang pesawat Garuda Indonesia tujuan Jakarta.

Pria asal Jalan Kihajar Dewantara Desa Bagan Batu Kecamatan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau itu menjadi penumpang gelap dan sempat terbang lebih dari satu jam hingga pesawat mendarat lagi
di Bandara Soekarno-Hatta.


Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015