Mandalika (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo mengatakan tahun depan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Nusa Tenggara Barat akan mendapat suntikan dana tambahan Rp1,8 triliun untuk mendukung pembangunan infrastruktur dasar.

Ketika mengunjungi kawasan Mandalika, Jumat, Presiden mengatakan lahan untuk KEK Mandalika sudah dibebaskan sejak 1987 tapi masih mangkrak, belum selesai juga meski beberapa pemerintahan sudah berlalu.

"Mengapa saya ke sini, karena ini sudah sejak 1987 dibebaskan tapi berhenti, sudah beberapa pemerintahan juga tidak bisa jalan. Kepada ITDC sudah disuntik dana Rp250 miliar. Tahun depan Insya Allah Rp1,8 triliun," katanya.

Dia berharap Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) sebagai pengelola KEK Mandalika bisa menggunakan dana itu untuk membangun infrastruktur dasar dan menarik investor masuk.

Presiden mengaku sempat melihat-lihat kawasan wisata tersebut dan mengagumi keindahannya.

"Saya kira ini masa depan pariwisata Indonesia dengan konsep ekoturisme yang nantinya memang akan di-positioning-kan pasarnya akan didiferensiasikan, tapi saya belum bisa sebutkan, nanti akan ada itu," katanya.

Yang jelas, kata Presiden, setelah pembangunan infrastruktur dasar selesai paralel dengan infrastruktur pendukung kawasan itu membutuhkan investasi hingga Rp36 triliun.

Ia mengatakan pemerintah tidak ragu menjalankan proyek besar itu di Nusa Tenggara Barat karena sudah melakukan kajian yang menunjukkan kawasan itu paling sesuai untuk pengembangan pariwisata.

"Ya memang Indonesia Timur ke sana memang klaster terbesarnya untuk pariwisata. Bali beda dengan Lombok, kawasan beda potensi juga beda," katanya.

Presiden menambahkan, pengembangan kawasan itu bisa menyerap 8.000 tenaga kerja langsung dan bisa membawa banyak manfaat tidak langsung.

"Sejak dari 1987 bukan mundur, kita suntik tahun ini Rp250 miliar, tahun depan 1,8 triliun. Bulan Agustus nanti ada ground breaking hotel, berarti sudah mulai bergerak," katanya.

Soal investor yang akan menggarap proyek itu, Presiden mengatakan bahwa sudah ada yang mulai berminat, di antaranya dari Tiongkok.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015