PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon pada Kamis (9/4) menyerukan "dilancarkannya tindakan terpadu untuk menyelamatkan nyawa, memulihkan upaya kemanusiaan" di kamp pengungsi Yarmouk, yang terkepung.

Sebanyak 18.000 pengungsi Palestina dan warga negara Suriah dikepung oleh gerilyawan fanatik dan menghadapi apa yang digambarkan oleh Ban sebagai "bencana kemanusiaan wiracarita".

"Dalam kengerian di Suriah, kamp pengungsi Yarmouk adalah lingkaran neraka paling dalam," kata Sekretaris Jenderal PBB tersebut kepada pers di Markas Besar PBB, New York, AS, sebagaimana diberitakan Xinhua.

"Satu kamp pengungsi mulai menyerupai kamp kematian. Warga di Yarmouk --termasuk 3.500 anak kecil-- diubah menjadi tameng manusia."

Kelompok ISIS yang juga dikenal dengan nama ISIL, dan Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida-- telah merebut lebih dari 90 persen kamp pengungsi Palestina tersebut, kata beberapa laporan.

Direbutnya Kamp Yarmouk, lima kilometer di sebelah selatan Ibu Kota Suriah, Damaskus, oleh kelompok Front An-Nusra dan ISIS terjadi setelah empat hari pertempuran sengit dengan kelompok mujahidin pesaing mereka, Aknaf Beit Al-Maqdes, yang telah menguasai kamp itu sejak 2013.

Kelompok Aknaf Beit Al-Maqdes telah mundur ke bagian timur-laut Yarmouk, kata beberapa laporan. Ditambahkannya, ISIS memenggal dua orang di Yarmouk, tapi tak ada perincian mengenai alasan pembunuhan yang mengerikan tersebut. Beberapa pegiat lain mengatakan tujuh orang Palestina dibunuh oleh ISIS selama pertempuran empat-hari.

Sementara itu, kantor berita resmi Suriah, SANA, menyatakan pasukan Pemerintah Suriah telah lama mengepung kamp tersebut, sejak gerilyawan Aknaf Beit Al-Maqdes menguasainya lebih dari dua tahun lalu. SANA menambahkan bentrokan berkecamuk di dalam Kamp Yarmouk antar-kelompok fanatik.

Setelah lebih dari dua tahun pengepungan, warga kini menghadapi "pedang bermata dua". Anggota ISIS dan kelompok fanatik lain berada di dalam kamp sementara pasukan pemerintah berada di luar, kata Ban.

"Kami sekarang mendengar laporan yang mengkhawatirkan mengenai serangan besar terhadap kamp itu dan semua warga sipil di dalamnya," katanya.

Babak paling akhir dalam satu perang yang telah lama sekali tak tersedia kata-kata untuk melukiskan kekacauan tersebut. "Ini akan menjadi salah satu perang yang paling mengerikan. Untuk itu, mereka yang bertanggung jawab harus diseret ke pengadilan," katanya.

Prioritas sekarang ialah untuk menstabilkan situasi di kamp tersebut. Ban menambahkan ia bergabung dengan Dewan Keamanan PBB dalam menuntut diakhirnya permusuhan, diberikannya akses buat bantuan kemanusiaan dan jalan aman bagi warga sipil yang ingin menyelamatkan diri ke tempat aman.

Sehubungan dengan itu, ia menyeru semua negara anggota PBB yang memiliki pengaruh pada Pemerintah Suriah dan semua pihak di lapangan agar melakukan semua tindakan yang diperlukan untuk mengirim pesan yang jelas.

Upaya terpadu untuk menyelamatkan nyawa di Yarmouk dan memulihkan tindakan kemanusiaan diperlukan, katanya. Ia menggarisbawahi bahwa dunia tak bisa cuma berdiam diri, membiarkan warga Yarmouk dan menyaksikan pembantaian terjadi.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015