Parlemen memutuskan bahwa Pakistan harus tetap menjaga netralitas dalam konflik Yaman sehingga negara ini mampu menjalankan peran diplomatik demi mengakhiri krisis."
Aden (ANTARA News) - Parlemen Pakistan pada Jumat memutuskan untuk tidak bergabung dengan koalisi militer yang dipimpin oleh Arab Saudi untuk mengintervensi Yaman.

Keputusan itu memupus harapan Riyadh menggalang dukungan dari luar kawasan Timur Tengah untuk bertempur dengan kelompok gerilyawan Houthi yang diduga mendapat dukungan dari Iran--rival regional Arab Saudi, lapor Reuters.

Hingga pekan ketiga serangan ke Yaman, Arab Saudi hingga kini hanya mendapat dukungan dari sesama negara telut.

Riyadh sebelumnya meminta Pakistan untuk mengirim sejumlah kapal, pesawat, dan tentara ke Yaman.

"Parlemen memutuskan bahwa Pakistan harus tetap menjaga netralitas dalam konflik Yaman sehingga negara ini mampu menjalankan peran diplomatik demi mengakhiri krisis," kata lembaga legislatif di Islamabad.

Arab Saudi sendiri beralasan bahwa intervensi militer ke Yaman diperlukan karena berbatasan langsung dengan negara tersebut dan berpotensi meluas menjadi konflik kawasan. Selain itu, Riyadh juga berniat membatasi pengaruh Iran--yang membantah tuduhan telah menyuplai dukungan militer ke Houthi.

Pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah Ali Khamenei menyebut keterlibatan Arab Saudi di Yaman sebagai "genosida." Pernyataan keras itu dinilai semakin memanaskan situasi.

Sementara itu di medan pertempuran, pesawat-pesawat koalisi kini tengah berupaya menghancurkan gudang senjata yang digunakan oleh tentara loyalis mantan presiden Ali Abdullah Saleh. Para tentara itu adalah kelompok pendukung Houthi yang paling kuat.

Saleh adalah tokoh yang masih sangat berpengaruh dalam tubuh militer meski telah mundur sebagai presiden pada 2012 lalu. Tentara yang setia kepadanya kini membantu Houthi untuk menyingkirkan Presiden Abdurrabbu Mansour Hadi--pemimpin yang dinilai hanya boneka kerajaan negara-negara Teluk.

Sebagai akibat dari konflik, kilang yang memproduksi 150.000 barel minyak per hari di Aden kini harus berhenti beroperasi.

Implikasinya, penduduk Aden di sejumlah distrik kini harus bertahan hidup tanpa air dan listrik. Layanan sosial seperti pengangkutan sampah dan rumah sakit juga tidak mampu meneruskan pekerjaannya.

Sejumlah warga juga telah menyewa kapal untuk mengungsi ke Djibouti dengan menyeberangi Laut Arabia.

"Aden kini menghadapi bencana kemanusiaan, baik dalam hal jumlah korban tewas dan terluka, turunnya kemampuan medis, serta kelangkaan air dan listrik," kata pejabat Kementerian Kesehatan setempat, Al-Khadr Lawsar.

(Uu.G005)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015