Cepat dan mudah karena tidak usah urek-urek di kertas. Tinggal klik."
Surabaya (ANTARA News) - Terhitung tahun ajaran 2015 pelaksanaan ujian nasional ada dua model, yakni UN berbasis komputer (computer based test/CBT) dan UN berbasis kertas (paper based test/PBT).

Nah, UN CBT 2015 adalah pengalaman pertama dan pemerintah memutuskan 585 sekolah se-Indonesia sebagai penyelenggara UN CBT yang pertama kalinya itu.

Dari 585 sekolah itu, tercatat 164 sekolah dari Jatim (28 persen), meski Disdik Jatim sebenarnya mengusulkan 198 sekolah.

"Itu sudah final sesuai dengan lampiran surat Puspendik Nomor 0327/H4/TU/2015, jadi sudah tidak ada penambahan lagi karena semuanya sudah diverifikasi oleh Pustekkom," kata Ketua Pelaksana UN Jatim 2015 Dr. Harun, M.Si.

Setelah membuka Pelatihan Proktor dan Teknisi UN CBT di Surabaya (30/3), mantan Kepala Dinas Pendidikan Jatim itu mengaku bangga karena dari 585 lembaga yang ikut UN CBT se-Indonesia, lembaga dari Jatim merupakan yang terbanyak.

"Akan tetapi, jumlah terbanyak itu juga merupakan sebuah beban bagi Jatim. Jika nantinya ada sesuatu yang tidak diinginkan, akan berakibat fatal. Ada satu saja yang tidak bagus maka akan menjadi berita buruk bagi kami semua," katanya.

Menurut dia, UN CBT ini bukan hanya mempersiapkan infrastruktur dan siswa, melainkan adanya kesiapan semua pihak, mulai kepala sekolah, kepala dinas kabupaten/kota, hingga kepala daerah, juga harus mendukung pelaksanaan UN yang baru kali pertama digelar ini.

"Oleh karena itu, para teknisi dan proktor harus dipersiapkan. Kalau tidak, kami tidak bisa berkata-kata," katanya.

Ia menegaskan bahwa proktor dan teknisi itu bagian penting dalam pelaksanaan UN CBT. Oleh sebab itu, perlu bekal dan pelatihan khusus agar bisa cepat tanggap ketika UN berlangsung.

"Mereka adalah ujung tombak kalau terjadi sesuatu dengan jaringan (komputer)," katanya.

Untuk itulah, kata Harun yang didampingi anggota Pusat Telekomunikasi dan Komunikasi (Pustekkom) Kemdikbud Ade Kusnandar, sebanyak 340 proktor dan teknisi dari 164 lembaga di Jatim yang ikut UN CBT itu diberi pelatihan khusus oleh Pustekkom Kemdikbud.

Proktor adalah petugas yang memastikan token, password, peserta, pengaturan waktu ujian, serta pengiriman soal UN agar bisa lancar, sedangkan teknisi yang memastikan keamanan jaringan.

"Nantinya paket soal UN CBT harus diunduh terlebih dahulu. Untuk membukanya perlu kode khusus dari panitia pusat yang akan diberikan pada hari Senin (13/4)," katanya.

Pada tahun 2015, peserta UN SMA pada tanggal 13 hingga 16 April mencapai 429.850 siswa se-Jatim yang terdiri atas siswa SMA 148.456 orang, MA 84.400 siswa, SMA terbuka 20 siswa, SMA luar biasa 245 siswa, dan SMK 196.729 siswa.

Sementara itu, untuk peserta UN SMP pada tanggal 4--7 Mei mendatang mencapai 586.467 siswa se-Jatim yang terdiri atas siswa SMP 401.869 orang, MTs 180.373 siswa, SMP terbuka 3.962 siswa, dan SMP luar biasa 253 siswa.

Cepat dan mudah

Sebagai pengalaman pertama, tim pemantau dari Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Timur langsung turun ke sekolah-sekolah untuk mengetahui kesiapan sekolah yang akan menyelenggarakan UN CBT itu.

Misalnya, anggota tim pemantau dari Disdik Pemprov Jatim Binarti Nurdiyanti langsung melakukan peninjauan dan pemantauan ke Madiun pada tanggal 9 April lalu.

"Kesimpulan hasil peninjauan, semua sekolah sudah siap untuk melakukan UN CBT. Kami semua berharap saat pelaksanaan nanti tidak ada kendala dan berjalan lancar," ujarnya.

Pihaknya meminta sekolah-sekolah penyelenggara untuk meminimalkan masalah yang dapat timbul saat pelaksanaan UN CBT. Jika ada kendala, diminta secepatnya melaporkan agar segera ditangani.

Data Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun mencatat terdapat tujuh sekolah tingkat SMA sederajat yang akan melakukan UN CBT.

Ketujuh sekolah itu, antara lain SMA Negeri 1 Mejayan, SMA Negeri 2 Mejayan, SMA Negeri 1 Geger, SMK Negeri 1 Wonoasri, SMK Negeri 1 Geger, SMK PGRI 1 Wonoasri, dan SMK PGRI 1 Mejayan.

Kesiapan juga ditunjukkan Dinas Pendidikan Kota Kediri, Jawa Timur. Di Kota Kediri ada 20 SMA serta 26 SMK dengan sekitar 4.600 siswa. Namun, hanya ada 10 sekolah yang menyelenggarakan UN CBT.

Di Gresik, UN CBT diikuti 1.045 siswa dari total 15.429 siswa SLTA. Ada tiga lembaga pelaksana UN berbasis komputer, yakni SMA Negeri I sebanyak 321 siswa, SMA Muhammadiyah I sebanyak 235 siswa, dan SMK Negeri I Cerme sebanyak 489 siswa.

Lain halnya di Kota Malang, jumlah peserta UN SMA dan SMK mencapai 16.066 siswa. Namun, yang mengikuti UN sistem CBT baru 6.000 siswa dan selebihnya UN dengan sistem manual atau paper based test (PBT).

Sementara itu, sekolah pelaksana UN CBT di Surabaya yang jumlahnya terbanyak di Jatim justru sudah melakukan uji coba dengan melaksanakan ujian sekolah (US) dengan metode CBT.

"Cepat dan mudah karena tidak usah urek-urek di kertas. Tinggal klik," kata siswa kelas 12 IPS I SMAN 18 Surabaya Zulfa Ainur Rifki, saat mengikuti US CBT di sekolahnya (2/3).

Selain tidak perlu "urek-urek" yang menghabiskan waktu, siswa yang mengerjakan soal dengan metode CBT itu tanpa perlu menuliskan nama dan nomor induk siswa sebab hanya perlu mengetik nama pengguna (user name) dan kata kunci (password).

Siswa kelas 12 IPA V, Shinta Laraswati mengaku dirinya mengerjakan soal dalam waktu 45 menit. "Kita juga lebih fokus karena tidak bisa hadap kanan, kiri, belakang, depan lagi. Soalnya beda," ujarnya.

Oleh Edy M. Ya'kub
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015