Kita harus bisa menuju Good University Governance."
Jakarta (ANTARA News) - Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila (UP) menampilkan sinden Megan Collins dari Amerika Serikat dan dalang Sidirohusodo dalam pementasan wayang kulit dalam rangka syukuran dan sarasehan sekolah tersebut yang ke-24.

"Pementasan wayang kulit ini dengan ilustrasi cerita Babad Wana Wisomarto yang menggambarkan bahwa kehidupan di alam semesta (matahari, bulan dan bumi) berjalan menurut kodratnya dan semuanya bekerja tanpa pamrih," kata Ketua Pembina Yayasan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudohusodo di Jakarta, Senin.

Siswono mengatakan seharusnya kehidupan manusia di dunia ini bekerja tanpa memperhitungkan apa yang ingin dia peroleh untuk dirinya tapi lebih banyak berbuat kebaikan untuk banyak orang.

"Filosofi Jawa ini sangat dalam, dan berakar jauh ribuan tahun kebelakang yang telah teruji oleh zaman, menurut hemat saya tetap relevan oleh kehidupan modern. Untuk itu kita harus ikut mengawal dimana kita mengantar Indonesia menjadi negara yang maju yang modern dengan bangsa yang sejahtera tetapi tetap ciri Indonesia," katanya.

Ia mengatakan dalam rangka moderenisasi pendidikan ini, keterikatan dengan nilai-nilai tradisional semakin hari semakin longgar, oleh karena itu menjadi tanggung jawab bersama mengabadikan nilai-nilai keindonesiaan dalam konteks Indonesia yang lebih modern.

Sementara itu Rektor Universitas Pancasila Wahono Sumaryono mengatakan ceritera Babad Wana Wisomarto menggambarkan bagaimana kita memulai untuk mengembangkan kapasitas kinerja tanggung jawab yang besar dalam mengelola Sekolah Pascasarjana yang telah bertransformasi dari Program Pascasarjana menjadi Sekolah Pascasarjana.

"Jadi pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh lakon ini adalah setelah pergantian nama tadi tidak hanya bermaksud pengganti nama tetapi nanti pola pengelolaannya, mutunya dan kinerjanya meningkat," katanya.

Sehingga lanjut dia mengambil pesan tadi filsafat Jawa seperti Dandanggula bahwa semua berfungsi beredar keseimbangan tanpa pamrih berarti kita memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Dikatakannya, pada saat kita berada disuatu sistem organisasi dimanapun dia berkarya, harus lebih bisa membangun karsa, membangun kreasi, membangun karya dan lainnya.

Sehingga, lanjut dia, semua bergerak secara dinamis untuk mencapai visi yang di cita-citakan dan pada saat semua partisipasi sudah bergerak maka seorang pemimpin harus bisa memfasilitasi dan kemudian Tut Wuri Handayani.

"Kita harus bisa menuju Good University Governance," katanya.

Pewarta: Feru Lantara
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015