Washington (ANTARA News) - Risiko stabilitas keuangan meningkat di tengah pemulihan ekonomi global yang moderat dan tidak merata, dan lebih sulit untuk menilai serta mengatasinya setelah mereka berotasi ke bagian-bagian sistem keuangan, demikian peringatan Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), Rabu (15/4).

"Pertumbuhan dan kebijakan moneter yang berbeda telah meningkatkan ketegangan di pasar keuangan global dan menyebabkan pergerakan cepat dan fluktuatif dalam nilai tukar dan suku bunga selama enam bulan terakhir," kata Jose Vinals, direktur departemen moneter dan pasar modal IMF dalam konferensi pers tentang Laporan Stabilitas Keuangan Global terbaru.

"Risiko-risiko juga berotasi -- menjauh dari bank-bank ke bayangan bank-bank, dari solvabilitas ke risiko likuiditas pasar, dan dari negara maju ke negara berkembang," kata Vinals.

Ia menambahkan bahwa lima tantangan utama harus ditangani dengan benar untuk menjaga stabilitas keuangan global.

Tantangan pertama adalah peningkatan traksi kebijakan moneter di negara maju serta pengelolaan efek samping yang tidak diinginkan dari suku bunga rendah.

"Tindakan bank sentral harus dilengkapi dengan kebijakan lain, jika kebijakan moneter tidak dapat sepenuhnya efektif dalam mencapai tujuan mereka," kata Vinals.

"Apa yang dibutuhkan adalah QE (Quantitative Easing/Pelonggaran Kuantitatif) ditambah kebijakan lain," katanya.

Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) telah meluncurkan program pelonggaran kuantitatif yang berani untuk melawan tekanan disinflasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi.

Namun menurut laporan IMF langkah-langkah itu tidak mungkin berhasil dan bisa menimbulkan tantangan bagi pasar keuangan kecuali didukung oleh reformasi struktural dan upaya untuk mengatasi kredit bermasalah.

IMF memperingatkan Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat, mengenai dampak kenaikan suku bunga pertama.

Lembaga itu memprediksi kenaikan suku bunga sejak krisis keuangan dapat memicu gejolak pasar keuangan serta mendorong imbal hasil obligasi naik tajam yang dapat menghasilkan guncangan negatif global, terutama di pasar-pasar negara berkembang.

The Fed telah mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek mendekati nol sejak Desember 2008. Banyak ekonom memperkirakan bank sentral Amerika Serikat mulai menaikkan suku bunganya September sepanjang ekonomi dan pasar tenaga kerjanya terus membaik.

Tantangan lainnya termasuk menjaga stabilitas di pasar negara berkembang, menghadapi risiko geopolitik, mengelola ilusi likuiditas pasar, dan membatasi ekses keuangan akibat kebijakan moneter yang luar biasa longgar.

"Langkah-langkah kebijakan tambahan -- di luar kebijakan moneter -- sangat penting untuk membuat pintu keluar yang tahan lama dari krisis keuangan global dan menjaga stabilitas keuangan," kata Vinals.

"Traksi kebijakan moneter harus ditingkatkan dengan reformasi komplementer dan ekses keuangan perlu diatasi," tambah dia seperti dilansir kantor berita Xinhua. (Uu.A026)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015