Moskow (ANTARA News) - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada Kamis menyalahkan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai penyebab utama kemelut di Ukraina.

Dia mengatakan bahwa niat Washington mengubah haluan politik Ukraina ke arah Barat adalah ancaman bagi Moskow, sehingga Kremlin dipaksa menanggapi.

Dalam pertemuan keamanan tahunan di Moskow, Shoigu menuduh Washington berupaya menguasai dunia secara politik dan militer. Dia kembali menegaskan sikap Rusia bahwa negara Barat seringkali mendalangi "revolusi berwarna" untuk menggulingkan penguasa, yang tidak mereka suka.

"Ukraina adalah tragedi terbesar dalam rentetan revolusi berwarna. Amerika Serikat dan sekutunya melanggar semua aturan demi menguasai Kiev secara tidak langsung. Mereka dengan sengaja memancing tanggapan kami," kata Shoigu.

Rusia menguasai semenanjung Krimea pada Maret tahun lalu. Peristiwa itu kemudian berkembang menjadi kerusuhan separatis di Ukraina bagian timur yang sebagian besar penduduknya berbahasa Rusia.

Pertempuran antara pasukan Kiev dengan gerilyawan pro-Rusia sampai saat ini telah menewaskan lebih dari 6.000 orang. Negara-negara Barat menuding Moskow telah mengirim tentara Rusia lengkap dengan persenjataan, pelatihan, dan intelejen untuk membantu gerilyawan.

Moskow sendiri membantah keterlibatan langsung secara militer di Ukraina meski terdapat bukti-bukti yang mengarah ke sana. Sementara saat ini, Shoigu mengatakan bahwa pertempuran di Kiev adalah kesalahan politik luar negeri Barat.

"Seberapa banyak korban yang dibutuhkan untuk memaksa Ukraina--negara yang terletak di timur--sebagai bagian dari Eropa?" kata dia.

Shoigu juga membantah kritik dari Barat bahwa Rusia kini tengah mengubah garis perbatasan Eropa dengan menunjuk pada keterlibatan mereka dalam konflik di Serbia, Irak, dan Libya.

"Para pengkritik tindakan Rusia di Krimia itu tidak mempunyai hak moral untuk menuduh kami melanggar hukum internasional," kata dia.

Shoigu mengatakan bahwa Moskow menilai penempatan sistem pertahanan anti-rudal milik Amerika Serikat di Eropa sebagai ancaman bagi kemampuan strategis nuklir Rusia. Kremlin kini tengah memikirkan cara untuk mengimbangi langkah tersebut, demikian Reuters.

(Uu.G005)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015